Pemerintah Kampanyekan Anti Pengeras Suara Masjid
Untuk mengurangi kebisingan amplifier masjid, pemerintah Indonesia menggelar kampanye anti pengeras suara masjid. Hal ini dilakukan setelah Dewan Masjid Indonesia mendapatkan keluhan berkali-kali dari masyarakat, mengenai kualitas pengeras suara yang kurang baik.
“Bayangkan jika yang berceramah adalah Quraish Shihab, tetapi sound systemnya buruk, dan itu mempengaruhi pesan yang hendak disampaikan. Bukankah ini sebuah kerugian?”, ujar Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla, dalam sambutannya saat peluncuran kampanye anti pengeras suara masjid, seperti dilansir The Jakarta Post, dan dikutip dari satuislam.org (28/1/14).
Menurutnya, masjid-masjid di Indonesia sering menggunakan pengeras suara untuk mengeraskan kumandang Adzan dan pembacaan Al Qur’an serta khotbah-khotbah keagamaan.
Penggunaan pengeras suara meluas saat bulan suci Ramadhan tiba, ketika umat Islam mendedikasikan waktu mereka untuk menjadi lebih dekat dengan Allah melalui doa, menahan diri dan melakukan perbuatan baik.
Tapi suara tinggi yang dibawa oleh speaker, menimbulkan keluhan dari banyak warga, terutama mereka yang tinggal di dekat masjid.
Kampanye baru ini dinilai perlu, sehingga pada tahun 2013 lalu, Kalla mengumumkan bahwa DMI akan memulai program donasi pengeras suara nasional.
Pemerintah berjanji untuk meningkatkan kualitas suara pada setiap pengeras suara di masjid-masjid yang ada Indonesia.
Untuk mengawali aksi tersebut, pemerintah meluncurkan program nasional ini dengan mengirim 50 mobil yang mengangkut lebih dari 150 teknisi. Ini dimaksudkan agar dapat membantu pengurus masjid untuk meningkatkan kualitas suara dari speaker mereka.
Manajemen yang buruk
Jusuf Kalla menilai bahwa selama ini pemerintah tidak berbuat banyak untuk membantu pengelolaan sekitar 800.000 masjid. Menurutnya, para pengurus masjid banyak yang mengeluhkan kurangnya mendapat kucuran dana dari pemerintah, seperti dilansir dari laman onislam.net.
“Masjid adalah lembaga keagamaan yang paling penting, tetapi pemerintah sibuk dengan urusan ibadah haji saja. Di negara-negara seperti Brunei Darussalam dan Turki, pemerintah mengalokasikan dana negara untuk masjid.” ujar mantan Wakil Presiden RI ke –IX ini.
“Jadi, jika sebuah masjid berubah menjadi radikal, pemerintahlah yang harus disalahkan, karena tidak memberikan perhatian yang cukup,” Kalla mengingatkan pentingnya rumah ibadah menjadi perhatian pemerintah.
Pengeras suara masjid telah memicu perdebatan di sejumlah negara Muslim atas kebisingan yang disebabkan oleh amplifikasi ini, khususnya selama bulan Ramadhan.
Dan, Indonesia merupakan negara dengan jumlah Muslim terpadat di dunia dengan estimasi sekitar 85 persen dari pembentukan populasi 237 juta di seluruh dunia, dan ada hampir 800.000 masjid di seluruh Indonesia.
Sementara itu, pada tahun 2009, pemerintah Arab Saudi telah mengawali aksi serupa, yakni kampanye anti pengeras suara di setiap masjid. Dan, aksi ini berhasil. Setidaknya, kementrian pengawasan pemerintah setempat telah menyingkirkan 100 speaker dari 45 masjid di Kota Bahah sebelah barat Arab Saudi.
Bukan hanya itu, tapi pemerintah Arab pun berhasil menginspeksi masjid-masjid besar di kota suci Makkah, di Riyadh serta Madinah untuk melihat penggunaan pengeras suara yang terlalu keras dan mengganggu.
Sumber: The Jakarta Post/onislam/satuislam.org
Leave a Reply