Paus Desak Israel-Palestina Berdamai
Paus Fransiskus mengundang pemimpin Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Israel untuk mengunjungi Vatikan dan berdoa untuk perdamaian kedua belah pihak, setelah gagal mencapai kesepakatan dalam perundingan perdamaian yang ditengahi AS.
Pada hari kedua kunjungan bersejarah ke Timur Tengah, Paus Fransiskus mendesak agar konflik Israel-Palestina dapat diselesaikan secara damai. Ia juga mengajukan permohonan secara emosional saat mengunjungi Bethlehem pada Minggu (25/05) agar tercipta perdamaian.
“Waktunya telah tiba untuk mengakhiri situasi ini, yang telah menjadi semakin tidak dapat diterima,” ujar Paus Fransiskus ditujukan pada kerumunan di Gereja Bethlehem, seperti dilaporkan BBC.
Di hadapan lebih dari 8.000 umat Kristen, paus memperingatkan “konsekuensi tragis dari konflik yang berlarut-larut”, menekankan perlunya “meningkatkan upaya dan inisiatif ” untuk menciptakan perdamaian antara Palestina dan Israel.
Selama tur tiga hari yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan Kristen Ortodoks, Paus Fransiskus bertemu pemimpin Palestina Mahmoud Abbas.
Sementara itu, Fransiskus mengundang baik Abbas maupun Presiden Israel untuk mengunjungi Vatikan dan berdoa untuk perdamaian kedua belah pihak, setelah gagal mencapai kesepakatan dalam perundingan perdamaian yang ditengahi AS.
“Dalam hal ini, tempat kelahiran Raja Damai, saya ingin mengundang Anda, Presiden Mahmoud Abbas, bersama dengan Presiden Shimon Peres, untuk bergabung dengan saya dalam doa sepenuh hati kepada Tuhan atas karunia perdamaian,” kata Paus pada misa di Bethlehem, seperti dilansir Reuters.
“Saya menawarkan rumah saya di Vatikan sebagai tempat untuk pertemuan doa ini.”
Kunjungan Paus ke tanah suci telah menghidupkan kembali harapan Kristen Palestina terhadap ‘pelonggaran pembatasan dan membawa perdamaian’.
“Dia harus membawa pesan perdamaian : perdamaian ke seluruh dunia dan terutama bagi Tanah Suci. Kita hidup dalam situasi yang sangat buruk,” kata Rania Bandak, manajer Peace Centre Bethlehem.
“Kami tidak dapat bergerak bebas ke seluruh bagian Palestina. Bethlehem dikelilingi oleh pemukiman Yahudi dan tembok tinggi yang menghalangi kita untuk pergi ke Yerusalem.”
“Pesan Paus harus berisi muatan bahwa kami ingin tinggal di negeri ini,” tambah seorang pemilik toko souvenir, Rony Tabash.
Ribuan peziarah Kristen berbondong-bondong ke Betlehem setiap tahun untuk mengunjungi Gereja Nativity, salah satu gereja bersejarah, yang dibangun di tempat di mana Yesus dikatakan telah lahir di sana.
Tapi pembatasan Israel telah mempersulit banyak wisatawan untuk mencapai situs bersejarah itu dan menjadikannya mimpi buruk bagi warga Palestina.
Meskipun terletak hanya tiga kilometer dari Al-Quds (Pendudukan Yerusalem Timur), dibutuhkan beberapa jam bagi wisatawan untuk mencapai Bethlehem, karena pembatasan yang dilakukan Israel di Tepi Barat. [LS]
Sumber: BBC/Reuters/OnIslam.
Leave a Reply