Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 01 October 2016

OPINI–Prof. Sumanto Al-Qurtuby: Kafir itu Politis bukan Teologis


Islamindonesia.id–Dosen Antropologi di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, Prof. Sumanto Al-Qurtubi: Kafir itu Politis bukan Teologis

Label “kafir” itu lebih bernuansa politis ketimbang teologis karena kebebasan agama itu digaransi dalam Islam. Non-Muslim itu bukan “kafir”. Mereka hanya beda agama, bukan beda iman. Baik Muslim maupun kelompok teis non-Islam memiliki keimanan yang sama terhadap “Tuhan alam”–Supernatural Being (apapun nama-Nya).

Jika ada sejumlah teks keislaman yang mengafirkan non-Muslim (baik Kristen, Yahudi, maupun suku-suku di Makkah dan Jazirah Arab pada umumnya) itu pasti dalam konteks politik, yakni kelompok itu menentang dan melawan “misi kenabian” Nabi Muhammad bukan lantaran mereka memeluk agama non-Islam karena buat “Tuhan Islam” (Allah SWT) seperti tersurat dan tersirat dalam Alquran tidak penting umat manusia mau memeluk Islam atau bukan.

Ingat: Misi besar Nabi Muhammad di dunia ini bukan untuk mengislamkan umat manusia tetapi untuk menyempurnakan ahlak orang-orang yang bejat dan korup.

Jika non-Muslim itu “kafir” dan dengan begitu “musuh Islam” tentu Nabi Muhammad tidak menjalin hubungan baik dengan tokoh politik dan agama non-Muslim. Tetapi kenyataannya tidak.

Sejarah mencatat misalnya, beliau beserta para sahabat pernah berlindung dan dilindungi oleh Ashama Ibn Abjar atau Najashi, Raja Askum (kini Ethiopia) yang Kristen dari kejaran para “begundal Makkah” kala itu pimpinan Abu Jahal (juga Abu Sofyan).

Lantaran jasa baik dan pandangan positif beliau dan para pendeta Kristen Ortodoks Ethiopia terhadap Islam, Nabi Muhammad menyerukan untuk terus berbuat baik dan menjalin relasi positif dengan mereka serta melarang memerangi kelompok Kristen ini.

Didorong oleh watak terbuka dan toleran Islam, para ulama juga banyak yang tidak memberi status kekafiran terhadap kaum teis non-Muslim.

Jadi, sekali lagi, status kafir itu sangat politis bukan teologis. Karena politis, maka sejumlah tokoh Muslim (baik tokoh agama maupun politik) berselisih dalam hal kafir-mengkafirkan ini.

Dulu para ulama Saudi-Wahabi mengkafirkan rezim Turki Ustmani atau Ottoman (meskipun Muslim) karena dianggap sebagai penjajah Arabia.
Sementara Inggris yang jelas-jelas Kristen malah tidak dikafirkan karena mereka membantu Saudi menghalau tentara Ottoman dari Arabia.

Imam Khomeini dan pengikutnya, baik di Iran maupun bukan, mengkafir-kafirkan Amerika atau Israel tetapi tidak pada rezim-rezim Komunis Uni Soviet (atau Russia) atau China. Kenapa?

Anda tahu sendirilah jawabannya. Para tokoh Islam di Ambon dan Maluku dulu mengkafir-kafirkan Belanda tetapi tidak pada Jepang karena Jepang membantu pendirian “Laskar Islam” untuk melawan Belanda.

Jadi, jika sekarang kalian melihat ada sejumlah tokoh Muslim di Jakarta dan Indonesia pada umumnya yang mengkafir-kafirkan Ahok misalnya diketawain saja. Anggap saja mereka sedang mengigau karena sedang ketakutan melewati kuburan tua yang angker.

Demikian bisa kita ambil kesimpulan sendiri, apa, siapa dan bagaimana “kafir” itu.

AJ/IslamIndonesia

10 responses to “OPINI–Prof. Sumanto Al-Qurtuby: Kafir itu Politis bukan Teologis”

  1. Suhartiman says:

    Mengata saudara yg tak seagama Kafir, pada dasarnya yg mengata itu sendiri telah kafir.
    Karna kafir/kufur itu adalah hakikatnya tertutupnya hati oleh hawa nafsunya. Sehingga apa yg dilakukan dan dikatakan tidak berasal dari hati nuraninya yg sesungguhnya. Tetapi sudah tercemar oleh sifat2 hati sanubari yg cenderung mengikuti hawa nafsu.
    Allah berfirman qs At Taghabun:2
    Dia yg menciptakan diantaranya ada Kafir dan mukmin
    Makna ayat ini menunjuk pada Diri kita ini ada yg kafir dan mukmin.
    Jika Diri mengikut kata hawa nafsu maka kifir lah dia
    Jika Diri mengikuti yg hati nurani yg sidik amanah Tabligh dan fotonah maka mukmin lah dia.
    Yg terjadi saat ini beragama sudah semakin jauh meninggalkan hakikatnya.
    Beragama diukur hebatnya banyaknya hafalan, amalan, penampilan dsb
    Sementara apa yg dihafal, diamal dan ditampil itu tdak sampai niatnya.
    Begitu juga di dunia politik, umat dijejali dengan simbol2 agama.
    Setiap yg beda agama dicap kafir
    Agama diindikasi dari identitas KTP,
    Pantas saja dulu semenjak 5 abad umat ditinggal Nabi Isa, beragama hilang dari hakikat, maka dibangkitkan Muhammad utk memperbaiki akhlak.
    Apalagi skr setelah 15 abad ditinggal Nabi Muhammad hakikat beragama entah kemana…..

  2. Kang Fadjeri says:

    Bukan dipolitisasi, tetapi Ayat AlQur’ an dalam surat Al Kafirun, yg menyebutkan orang diluar agama Islam itu kafir, jangan ditambah- tambah lagi kapir berarti musuh Islam dsb.

    • Muhammad zamri says:

      Setuju kang fajri. Tegas dan jelas makna ayat tsb.

    • delda says:

      Di pelajari dulu tafsir dari surah Al Kafiruun. Baru anda bisa paham. Agar jgn gampang teriak2 kafir. Kalau hanya baca terjemahnya tanpa membedah isinya, ya maaf, pemahamannya seperti anda. Yuuuks lita sama2 belajar agar jadi muslim yg baik. Aamiin

  3. Wal Suparmo says:

    Bagi Islam tidak ada perbedaan antara POLITIS dan TEOLOGIS.

  4. Wal Suparmo says:

    Bagi Islam tidak ada perbedaan antara POLITIS dan TEOLOGIS.

  5. Reyhan says:

    Yang sana mengutip ayat semaunya untuk mengkafirkan, yang sini juga memilih-milih ayat untuk membenarkan semua agama, keduanya sama saja.

  6. bustimar Lubas says:

    Kafir itu ingkar bro, tulislah yg benar menurut Al Quran, jangan menurut katanya katanya, ini pendangkalan nama nya.

  7. Edy sembiring says:

    Mantabbbbbbb

    Salam Merdeka

  8. cail says:

    Kufur vs syukur

Leave a Reply to cail Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *