Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 07 December 2019

Nabi Muhammad Pernah Sakit ‘Rembes’ Sewaktu Berusia Tujuh Tahun


islamindonesia.id – Nabi Muhammad Pernah Sakit ‘Rembes’ Sewaktu Berusia Tujuh Tahun

Belakangan ini ramai dibicarakan ceramah Gus Muwafiq yang mengatakan bahwa Rasulullah sewaktu kecilnya rembes karena ikut kakeknya, Abdul Muthallib. Dia juga menambahkan, bahwa yang namanya anak-anak kalau ikut kakeknya pasti tidak terurus, karena di mana pun, seorang kakek tidak bisa mengurus anak kecil.

Menurut Fathur Rohman, sebagaimana dikutip dari Tebuireng Online, dalam bahasa Jawa, rembes memiliki banyak arti, di antaranya belum mandi, wajah anak yang terlalu lama bermain di luar rumah, habis makan kue belepotan di sekitar mulutnya, atau anak yang mengusap ingusnya sehingga membekas di sekitar mulutnya.

Gus Muwafiq sendiri di dalam video permintaan maafnya mengklarifikasi bahwa rembes itu dalam bahasa Jawa artinya umbelan (ingusan, anak yang beringus).

Sementara itu, pada linimasa di berbagai media sosial, tidak sedikit orang yang membela Gus Muwafiq, mengatakan bahwa kisah tentang rembes yang disampaikannya memiliki dasar, yakni berdasarkan kitab-kitab dari ulama terdahulu. Dikatakan bahwa rembes yang dimaksud adalah penyakit mata, atau Ramad Syadid (رمد شديد) dalam bahasa Arab, yang dialami Rasulullah sewaktu beliau berusia tujuh tahun.

Kisah ini ternyata memang ada, Syekh Mahmud Muhhamad Khithab al-Subki dalam al-Manhal al-Adzb al-Maurud syarah Sunan Abi Daud (juz 9, hlm 98), sebagaimana dikutip dari Bincang Syariah, menjelaskan secara panjang lebar mengenai Nabi Muhammad yang pernah mengalami sakit mata dan diobati oleh seorang rahib, pendeta Nasrani.

Imam Ibnu al-Jauzi menyebutkan bahwa Nabi Muhammad pernah tertimpa rembes atau penyakit mata pada usianya yang ke tujuh. Dia diobati di Makkah, namun tak ada pengobatan yang manjur di sana.

Abdul Muthallib, kakek Nabi, pun mendapat saran dari warga sekitar. “Pak Abdul Muthallib, di daerah Ukaz terdapat seorang rahib, pendeta Nasrani, yang pandai mengobati penyakit mata. Coba engkau kunjungi dia,” ujar penduduk setempat.

Ukaz merupakan pasar kuno yang paling terkenal di Semenanjung Arabia. Nama tersebut diambil dari apa yang dikerjakan orang Arab di tempat tersebut, mereka memamerkan prestasi dan nenek moyang mereka. Pasar tersebut tercatat untuk pertama kalinya pada tahun 500 SM. Pasar tersebut terletak diantara Thaif dan Makkah, tepatnya di kota Al-Athdia.

Kakek Nabi pun bersegera menuju rahib tersebut. Setibanya di tempat tujuan, Abdul Muthallib memanggil-manggil rahib yang rumahnya terkunci. “Rahib, bantu sembuhkan penyakit cucuku,” ucap Abdul Muthallib memelas sambil mengetuk pintu yang terkunci tersebut.

Lama tak direspon, kakek Nabi agak kecewa dan hampir saja kembali ke Makkah. Syahdan, tak lama setelah itu, tiba-tiba rahib keluar tergopoh-gopoh. “Eh, ada engkau Abdul Muthallib,” sapa rahib sambil ngos-ngosan.

“Tadi rumahku berguncang, hampir roboh. Kalau saja aku tidak keluar menjumpaimu, pasti aku sudah tertimbun reruntuhan rumahku.” jelas si rahib.

“Cucumu ini Nabi umat saat ini. Jaga dia, dan Ahlulkitab tidak akan ada yang sanggup membunuhnya. Bawalah dia pulang dan minumkanlah ramuan ini,” jelas rahib pada Abdul Muthallib setelah mengobati Nabi.

Dalam riwayat lain, rahib itu membuka sahifah yang dimilikinya. Dia menuturkan kepada Abdul Muthallib, obat sakit mata Muhammad adalah ludahnya sendiri. “Abdul Muthallib, setiap kali aku mengobati pasien sakit mata, pasti aku bersumpah pada Allah berwasilah dengan nama cucumu ini,” jelas rahib itu pada kakek Nabi.

KH Miftah el-Banjary, sebagaimana dikutip dari Sindo News, juga membenarkan, bahwa kisah seperti di atas memang ada di dalam berbagai kitab, yaitu:

1. Kitab Nur al-Abshar fi Manaqib an-Nabi al-Mukhtar karya Imam Mu’min As-Syalanjie.
2. Kitab Uyun al-Atsar karya Abi Hafidz Muhammad al-Ya’mary.
3. Kitab Al-Manhal al-Adzab al-Maurud Syarh Abi Daud karya Mahmud Muhammad Khitab.
4. Kitab As-Sirah Al-Halabiyyah Sirah al-Amin karya Al-Ma’mun dan masih banyak referensi lainnya.

Meski demikian, KH Miftah menyatakan tidak setuju apabila penyakit mata yang dimaksud dalam kitab-kitab tersebut diterjemahkan ke dalam arti rembes, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Gus Muwafiq.

PH/IslamIndonesia/Foto Ilustrasi: Health Line

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *