Muslim AS Gunakan Ramadhan sebagai Bulan Persatuan Sunni-Syiah
Melalui pertemuan spiritual pada bulan suci Ramadhan ini, diharapkan dapat mendorong adanya dialog agama antara kedua sekte Islam, sebagaimana pemimpin Muslim serukan guna menciptakan persatuan yang dapat dijadikan sebagai “landasan moral”.
Menyambut datangnya bulan suci penuh berkah yang jatuh pada Sabtu, (28/06) di kawasan Amerika, Muslim Texas Utara melakukan doa bersama guna terwujudnya “persatuan” antara Suni dan Syiah di seluruh dunia.
“Hal utama adalah penerimaan terhadap agama. Dan itu menantang, pasti,” ujar Basheer Ahmed, presiden Institute of Qur’anic Knowledge & Intrafaith Religious Acceptance, seperti dikutip dari Dallas News, dan dilansir OnIslam pada Senin (30/06).
“Ada kerusakan. Orang saling membunuh, dan beberapa mengatakan itu adalah perintah agama—yang bertentangan dengan keyakinan agama kami,” tambah Ahmed yang berbicara mewakili North Texas Suni dan Syiah dalam konferensi pers di Southern Methodist University.
Selama konferensi, para pemimpin Muslim mendorong kerukunan beragama, toleransi, dan pentingnya menghormati hak asasi manusia.
Menekankan persatuan di kalangan umat Islam, pemimpin Islam sekte Suni dan Syiah, mengatakan bahwa mereka “lebih senang bila disebut sebagai Muslim, daripada Suni atau Syiah, sebab mereka terikat oleh iman yang sama”.
“Selama berabad-abad, Suni dan Syiah telah hidup berdampingan bersama-sama dan hidup bersama dalam damai dan harmoni,” kata Azhar Aziz.
“Jika Anda ingin tahu bagaimana mereka bisa melakukan itu, lihatlah bagaimana kami berkumpul hari ini. Muslim adalah tentang perdamaian dan persatuan. Dan kita perlu untuk melindungi masyarakat kita dari infeksi racun kebencian dan kekerasan yang tidak masuk akal,” tambah Azhar.
Perbaikan akhlak
Melalui pertemuan spiritual pada bulan suci Ramadhan ini, diharapkan dapat mendorong adanya dialog agama antara kedua sekte Islam, sebagaimana pemimpin Muslim serukan guna menciptakan persatuan yang dapat dijadikan sebagai “landasan moral”.
“Kita harus meningkatkan keimanan kita melalui perbaikan akhlak,” kata Moazam Syed, anggota dewan Institute of Qur’anic Knowledge.
Putri Sayed, seorang Muslim Suni, mengatakan bahwa dia pernah berprasangka buruk terhadap Syiah, sampai akhirnya “aku menemukan Syiah dan menyadari bahwa kami tidak begitu berbeda.”
Naureen Syed mengatakan bahwa ia melihat mahasiswa Muslim dari dua sekte tersebut saling menghindari satu sama lain di University of Texas di Arlington.
“Syiah tidak bergabung dengan organisasi kami lantaran kami kelompok Suni,” katanya.
Karenanya, “Kami mengulurkan tangan dan mengundang mereka ke pertemuan ini, guna menemukan titik persamaan dan berdoa bersama. Aku tahu mereka bisa bekerja sama. Aku melihatnya di kampus,” lanjut Naureen. [LS]
Sumber: OnIslam
Leave a Reply