Satu Islam Untuk Semua

Friday, 03 January 2014

Merenungkan Pergantian Tahun


Hemera Technologies/Photos.com

Tahun 2014 baru berusia 3 hari, masih sangat muda. Tentu sangat bermanfaat kalau kita dapat memaknai pergantian tahun seperti ini. Bagaimana sebaiknya pergantian tahun seperti ini kita khidmati?

Dalam Al-Quran Allah Swt. berfirman,

“Dan mereka (ashab al-kahfi) tinggal (tidur) di dalam gua 300 thn dan sembilan tahun (lagi)” (QS 18:25)

Umumnya mufasir memahami 9 tahun sebagai perbedaan masa antara 300 tahun dalam penanggalan Syamsiyah/Masehi yang dalam penanggalan Qamariyah/Hijriah setara dengan 309 tahun.

Maka tak pelak lagi, ayat al-Qur’an di atas menunjukkan pengakuan al-Qur’an, baik untuk penanggalan Hijriah/Qamariyah dan penanggalan Masehi/Syamsiyah.

Pengakuan terhadap waktu berdasar pergerakan matahari ini juga terungkap dalam ayat lain:

“Dan matahari berjalan di tempat (peredaran)nya. …Demikianlah ketetapan yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS 36:126)

Bukan hanya itu, bahkan waktu shalat pun ditetapkan dan ditandai dengan mengacu pada pergerakan matahari:

“Dirikanlah shalat sejak sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam …” (QS. Al Isra’ 78)

Maka, bukanlah sesuatu yang aneh jika kita menghormati pergantian tahun Masehi, sejauh dilakukan dengan kegiatan2 yang positif. Bagaimanapun, pergantian tahun Masehi dapat mengingatkan kita kepada ayat-ayat kauniyah ilahi, yaitu dalam bentuk sempurnanya pergerakan bumi mengelilingi matahari.

Di sisi lain, pergantian tahun juga membawa kita pada juga kesadaran akan pentingnya waktu. Sedemikian pentingnya waktu, sehingga di berbagai tempat di dalam Al-Quran Allah Swt. bersumpah dengan waktu.

Yang paling penting adalah ketika dalam surat al-‘Ashr Allah menyatakan:

”Demi waktu. Sesungguhnya orang dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan saling menasihati tentang kebaikan, dan saling menasihati dalam kesabaran.”

Dengan kata lain, waktu adalah modal kita dalam mengisi kehidupan ini dengan amal-amal salih atau amal-amal yang “ahsan” (QS 67:2)

Begitu pentingnya waktu sehingga dalam sebuah hadis dinyatakan:

”Jangan mencela waktu, karena sesungguhnya waktu adalah Allah.” (HR Ahmad)

Dijelaskan dalam hadis lain:

“Akulah masa, hanya di tangan-Ku segala urusan, Akulah yang menukar siang dan malam.” (HR Bukhari-Muslim)

Memperingati pergantian waktu bermakna positif jika kita jadikan momentum evaluasi dan perbaikan amal-amal di tahun-tahun mendatang. Juga, di samping peringatan ulang tahun, peringatan pergantian tahun bisa dijadikan tanda pengingat makin berkurangnya umur kita, yang berarti kesempatan kita beramal salih dan memperbaiki diri, semakin berkurang.

Menutup renungan pergantian tahun ini, berikut puisi Maulana Jalaluddin Rumi:

 

Dari atas perahu yang meluncur cepat,

Pepohonan di tepian tampak lari bergegas.

Seakan sekeliling kita beranjak.

Tapi sesungguhnya,

Kitalah yang melesat tinggalkan dunia ini.

 

Wallahu a’lam bishawwab.

 

(Ditulis ulang dari kultwit @Haidar_Bagir pada 1 Januari 2014)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *