Satu Islam Untuk Semua

Friday, 19 September 2014

Membangun Peradaban Islam Melalui Sinergi UIN


Muslim Indonesia shalat berjamaah di Masjid Istiqlal Jakarta

Maraknya pusat kajian dan pendidikan Islam di Indonesia menjadi salah satu pertanda Islam mulai menunjukkan kebangkitan.

Terlebih lagi, posisi Timur Tengah yang terus dilanda gejolak bisa membuat Indonesia berpotensi menjadi pusat peradaban dunia islam. Apalagi di Indonesia kini mulai menjamur institusi islam, baik itu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan Universitas Islam Negeri (UIN).

Namun, sebelum hal tersebut terwujud, Indonesia perlu memanfaatkan potensi yang ada dengan terus mengembangkan khasanah keilmuan berbasis islam.

Salah satu institusi yang diharapkan bisa menjadi mercusuar keilmuan islam adalah Universitas Islam Negeri. Menurut Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar, untuk menujukkan kalau islam itu universal perlu diperlihatkan melalui universitas islam.

“Islam itu agama yang universal dan luas. Universitas Islam Negeri bisa memperluas cakrawala pengetahuan, dari yang tadinya hanya Islam, sosial dan moral, tapi kini mencakup juga Teknologi dan sains,” ujarnya.

Melalui pertemuan lintas bidang keilmuan diharapkan perkembangan ilmu pengetahuan bisa pesat dan bisa melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar Islam seperti di abad pertengahan sekaligus meluruskan pemahaman generasi muda yang gampang dicekoki paham-paham kekerasan fundamentalis.

Saat meresmikan peningkatan status IAIN Ar Raniry menjadi Uiversitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry, di Auditorium Ali Hasjmy, Darussalam, Banda Aceh. “Kita bisa menjadikan Indonesia pusat peradaban Islam dunia di masa depan,” Apalagi sekarang ini di Indonesia sudah banyak kampus-kampus Islam baik berstatus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), IAIN maupun UIN.

Sampai saat ini, Indonesia memiliki berbagai UIN, baik itu UIN Syahid Ampera, Jakarta, UIN Sunan Ampel, UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, dan UIN Gunung Djati Bandung serta yang belum lama di resmikan UIN Ar Raniry Aceh.

Sementara Rektor UIN Ar Raniry, Farid Wajdi menyatakan, peresmian status ini adalah sejarah baru bagi kampusnya. Mengingat IAIN Ar Raniry sudah berusia 50 tahun dan diresmikan pada 5 Oktober 1963 oleh Menteri Agama Saifuddin Zuhri yang merupakan ayah dari Menteri Agama saat ini Lukman Hakim Saifuddin.

IAIN Ar Raniry adalah IAIN ketiga di Indonesia setelah IAIN Sunan Kalidjaga Yogjakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kampus tersebut rusak parah saat tsunami Aceh 26 Desember 2004, kemudian dibangun kembali dengan pinjaman lunak dari Islamic Devolepment Bank (IDB) dan bantuan Kementerian Agama yang mencapai setengah triliun.

(Wahyu/ berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *