Masjid Agung Jawa Tengah; Perpaduan Arsitektur Lintas Peradaban
Minggu pagi medio Februari silam, halaman masjid Agung Jawa Tengah dipadati masyarakat yang berolah raga dan menikmati liburan. Tua muda asyik menikmati pagi beserta keluarga, menghangatkan hari yang belum genap terang.
Dari dalam masjid terdengar penceramah berkhutbah, merangkul siapa yang berharap pahala.
Masjid kebanggaan masyarakat kota Semarang itu memiliki keunikannya sendiri. Sebuah bangunan hasil perpaduan Jawa, Arab dan Romawi.
Gerbang sekaligus pelataran masjid mengadopsi gaya bangunan Koloseum Romawi, memiliki pilar sejumlah para Nabi dengan kaligrafi menghiasi sekelilingnya.
Diantara pilar-pilar itu jika menengok ke arah selatan, nampak gunung Ungaran yang megah
Serambi masjid memiliki 6 payung elektrik raksasa yang meniru masjid Madinah, payung tersebut berdiameter 20 meter dengan ketinggian 14 meter. Yang hanya digunakan pada waktu Idul Fitri, Idul Adha dan even-even tertentu.
Atap bangunan bergaya bangunan Jawa, atap berundak. Sedangkan diatasnya berdiri kubah megah berdiameter 20 meter diapit empat menara setinggi 62 meter.
Masjid Agung Jawa Tengah bukan sekedar tempat ibadah, namun sebuah simbol perpaduan antar peradaban, tempat keluarga bercengkrama, halaman bagi siapa saja yang tiada beda di sisi-Nya.
(MA/Islam Indonesia)
Leave a Reply