Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 30 June 2015

Korban Hawa Panas di Pakistan Capai +1.000, Ulama Fatwakan Keringanan Puasa


Jenazah-Warga-Karachi-Pakistan-Akibat-Gelombang-Panas

Seorang ulama senior Pakistan mengeluarkan fatwa yang memungkinkan Muslimin untuk makan di siang hari selama bulan Ramadhan di tengah serbian gelombang panas yang menewaskan 1.000 oranf lebih dalam beberapa pekan terakhir.

Mufti Mohammad Naeem menyatakan umat Islam yang sedang sakit bebas untuk tidak berpuasa.

“Jika seorang dokter ahli mengatakan bahwa hidup Anda terancam karena panas, atau kondisi tubuh Anda akan bertambah buruk karena puasa, maka Anda dapat melepaskan puasa setiap hari,” kata ulama yang berusia 50 tahun itu kepada NBC News.

Namun Naeem, Kepala Jamia Binoria Aalimiyah, membatasi skup fatwa itu. 

“Ini tergantung pada kondisi medis Anda dan bagaimana Anda bereaksi terhadap panas, tidak dibebaskan untuk semua, yang berdasarkan ketentuan dokter ahli,” kata Naeemi, sebagai pimpinan madrasah terbesar di Karachi.

Awak media mempertanyakan apakah fatwa akan menciptakan kontroversi di negara Muslim konservatif, Naeemi menjawab: “Ketika hidup terancam, ketika tubuh kita membutuhkan asupan, bahkan Syariah [hukum agama] pun memungkinkan kita untuk makan daging babi. Dalam hal ini, jika Anda penderita diabetes atau dehidrasi secara medis, maka Anda tidak perlu puasa.”

Berdasarkan data yang diperoleh AFP dari sejumlah rumah sakit di Karachi, jumlah korban tewas mencapai 1.079 orang. Sementara itu, berbagai rumah sakit di Karachi merawat setidaknya 80.000 orang korban gelombang panas.

Suhu telah mencapai 49 derajat Celcius di Karachi minggu ini. Para saksi menggambarkan banyak orang mati bergelimpangan di jalan-jalan kota.

Krisis listrik yang kronis menyebabkan jam panjang pemadaman di kota yang berpenduduk sekitar 22 juta orang itu. Kipas angin, AC, dan pompa air menjadi tidak berguna.

Ramzan Chippa, relawan yang menjalankan sebuah layanan ambulan mengungkapkan, “Kami telah terjebak dalam kebiasaan ini selama empat hari terakhir. Sebagian besar kegiatan bantuan kami adalah mengambil tubuh ke kamar mayat. Kuburan telah diisi. Kemarin, kami harus menyelesaikan perselisihan antara tiga keluarga tentang situs pemakaman. Tidak ada  cukup plot yang siap untuk mengubur orang-orang.”

Chippa mengatakan seluruh armada dari 300 mobil ambulan telah dikhususkan untuk membantu pasien dari gelombang panas.

Para ahli meteorologi meramalkan hujan dalam 24 jam ke depan, Chippa mengatakan bahwa masyarakat menantikan bantuan yang sangat dibutuhkan. “Kami sedang menunggu hujan dan melakukan apa yang kita bisa,” katanya.

AFP melansir selama beberapa hari terakhir suhu udara di Karachi mencapai lebih dari 40 derajat celsius, angin laut mulai bertiup dan awan mulai menutupi matahari sehingga membawa sedikit kesejukan di kota tersebut, tapi jumlah korban yang mati diperkirakan bertambah.

“Jumlah korban tewas sudah melebihi 1.000 orang dan kemungkinan akan bertambah hingga 1.500 orang,” kata Anwar Kazmi, juru bicara Yayasan Edhi, organisasi amal terbesar di Pakistan.

Mohammad Faeem Khan, direktur Kebun Binatang Karachi, membenarkan bahwa terdapat enam hewan yang mati karena panas.

“Semua hewan dirawat dengan cairan hydrating, dan kita mengisi kolam dan menaruh es di kandang mereka, tetapi ada krisis es di seluruh kota,” kata Khan.

Dildar Shah, salah seorang penduduk di pinggiran Malir yang kehilangan dua tetangga selama gelombang panas, mengungkapkan kepada NBC News. “Ini seperti hari kiamat,” katanya. “Tampaknya kita semua akan mati dalam panas ini bersama-sama.”

“Di Karachi, suhu terasa 49 derajat celsius dan itu yang kita sebut dengan indeks panas. Indeks panas lebih tinggi dari temperatur karena tekanan udara rendah dan kelembaban tinggi di area itu. Ini menyebabkan tidak ada sapuan angin dari laut, sehingga timbul gelombang panas,” kata Muhammad Hanif, Direktur Pusat Prakiraan Cuaca Nasional Pakistan.

Zainab/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *