Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 16 December 2018

Kisah Perburuan Aneka Mushaf Quran Nusantara


islamindonesia.id – Kisah Perburuan Aneka Mushaf Quran Nusantara

 

Ada kisah menarik seputar upaya perburuan yang dilakukan Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Balitbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) selama empat tahun dalam memburu manuskrip-manuskrip Alquran Nusantara di 20 provinsi di Indonesia. Tak hanya di Tanah Air, LPMQ juga melakukan perburuan hingga ke Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia.

“Selama itu LPMQ memotret manuskrip-manuskrip Alquran tersebut untuk dimasukkan ke database manuskrip Alquran Nusantara,” kata peneliti dari LPMQ, Ali Akbar, belum lama ini.

Dalam perburuan itu, LPMQ menemukan banyak manuskrip mushaf Alquran dari abad ke-17, 18, dan 19. Keberadaan mushaf-mushaf kuno itu membuktikan telah majunya peradaban masyarakat Muslim di Nusantara pada masa lampau. Cara mereka membuat mushaf Alquran sangat teliti.

“Alquran sangat tebal dan memiliki banyak ayat, tapi mereka salin dengan sabar dan teliti sampai menjadi mushaf,” kata Ali.

Melalui database manuskrip Alquran Nusantara dapat diketahui tradisi menulis dan menghias Alquran yang dilakukan masyarakat Muslim pada masa lalu. Kertas yang diguna kan untuk menulis mushaf dan gaya tulisannya bisa menjadi bahan penelitian tersendiri.

“Mushaf Alquran juga bisa menjadi salah satu sumber sejarah karena dalam penelitian kita, naskah Alquran berpindah dari satu kerajaan ke kerajaan lain. Naskah Alquran jadi hadiah dari satu kerajaan untuk kerajaan lain,” kata dia.

Sebagai contoh, mushaf Alquran dari Bugis sekarang ditemukan di Bima, Sumbawa, Bali, dan tempat-tempat lainnya yang pernah disinggahi masyarakat Bugis pada masa lampau. Di wilayah-wilayah yang disinggahinya, orang-orang Bugis banyak yang tinggal di pesisir. Tak heran, manuskrip Alquran juga banyak ditemukan di daerah pesisir yang di tempati masyarakat Bugis.

Manuskrip Alquran asal Bugis juga ditemukan di daerah Riau. Hal itu karena pada masa lalu banyak orang Bugis yang datang ke Riau. “Jadi, manuskrip Alquran ini bisa menjadi sumber sejarah masyarakat Muslim di Nusantara,” ujar Ali.

Berdasarkan manuskrip Alquran yang sudah diteliti, peradaban masyarakat Muslim di Nusantara sudah maju. Sejak abad ke-18, misalnya, orang-orang Bugis sudah menyalin (membuat mushaf Alquran) dengan beragam qira’at. Dalam Alquran-Alquran dari Bugis, qira’at dicatat di samping kanan dan kiri lembaran mushaf.

Pada masa sekarang, mencetak Alquran hanya mencantumkan satu macam qira’at. Begitu pun di Arab Saudi, hanya mencetak satu qira’at. Namun, lain halnya dengan beberapa mushaf dari Bugis, yang mencantumkan beragam qira’at yang berbeda. Hal ini menggambarkan masyarakat Muslim di masa lalu sudah terbiasa dengan perbedaan.

“Kita harus belajar dari masa lalu, naskah adalah peninggalan yang sangat otentik dari masa lalu, mereka (Muslim Indonesia) punya tradisi menulis yang hebat, Alquran yang banyak halamannya, mereka salin dengan sabar (sampai jadi mushaf),” ujar Ali.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *