Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 16 April 2016

KISAH–Kecerdasan Kultsum, Sang Panglima Perang Khalifah


KISAH–Kecerdasan Kultsum, Sang Panglima Perang Khalifah

Dikisahkan bahwa Kultsum bin al-Aghar adalah pria yang terkenal dengan ketangkasan dan kecerdasannya. Dia adalah panglima pasukan khalifah kala itu, Abdul Malik bin Marwan.

Al-Hajjaj bin Yusuf cemburu dan benci pada Kultsum. Al-Hajjaj pun bermakar agar membuat Abdul Malik bin Marwan menjatuhkan hukuman pancung atas Kultsum.

Sebab itulah Ibu Kultsum mendatangi Abdul Malik bin Marwan untuk memohonkan remisi bagi anaknya.

Abdul Malik bin Marwan merasa malu terhadap sang Ibu lantaran usianya yang telah mencapai satu abad. Abdul Malik berkata kepada Ibu Kultsum bahwa dia akan menyuruh al-Hajjaj menulis dua carik kertas. Isinya: pertama, “Dipancung” dan kedua, “Tidak Dipancung.” Kemudian kami (Abdul Malik dan al-Hajjaj) akan memberikan pilihan kertas tersebut pada Kultsum sebelum pelaksanaan hukuman. Seandainya dia termasuk seorang yang dizalimi, maka Allah Swt niscaya menyelamatkannya.

Keluarlah sang Ibu dari istana dan kesedihan menyelimuti wajahnya. Orang tua ini sadar bahwa al-Hajjaj teramat membenci anaknya. Ibu itu juga menyadari bahwa al-Hajjaj bakal menuliskan hukuman pancung dalam dua kertas itu.

“Usah kau gundah dan bersedih, Ibu,” ujar sang anak, Kultsum, membesarkan hati sang Ibunda tercinta. “Cukuplah ini menjadi tanggunganku.”

Benar saja firasat sang Ibu. Al-Hajjaj menuliskan kata “Dipancung” di atas kedua kertas yang disediakan Abdul Malik bin Marwan.

Para pembesar kerajaan berkumpul pada hari yang dijanjikan untuk menyaksikan apa yang akan diperbuat Kultsum.

Tatkala Kultsum tiba di arena pemancungan, al-Hajjaj dengan senyum kecut berkata kepadanya, “Pilihlah salah satu dari dua kertas ini!”

Kultsum tersenyum dan memilih kertas seraya berkata, “Aku pilih kertas ini .” Namun setelah itu Kultsum menelan kertas itu tanpa membacanya terlebih dahulu.

Sang khalifah terperanjat dan berkata, “Apa yang kau lakukan, hai Kultsum?”

Kultsum menjawabnya, “Aku telah memakan kertas ini tanpa mengetahui isinya.”

Kemudian dia melanjutkan, “Wahai Tuanku, aku telah memilih sepotong kertas dan menelannya tanpa mengetahui isinya, maka lihatlah kertas yang lain. Bukankah isi kertas tersebut bertentangan dengan kertas yang kumakan?”

Sang khalifah berkata, “Benar!” Kemudian dia segera membuka satu kertas yang tersisa. Disitu tertulis, “Dipancung.” Abdul Malik pun berkata, “Berarti Kultsum telah memilih “Tidak Dipancung.”

Renungkanlah sejenak bahwa kita dapat membuat sesuatu yang besar. Jika kita ingin membuat sesuatu yang besar, maka buatlah rencana matang dan dan berharaplah bahwa hasil yang baik akan tercapai.

 

Tom/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *