Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 15 April 2014

Kala Kota Perdamaian Hancur (2)


OnIslam.net

Duka Masa Lalu Baghdad

Baghdad didirikan pada 762 Masehi oleh Abu Ja’far al- Mansur, dengan tujuan untuk menjadikannya ibu kota sebagai kekuatan baru bagi umat Islam.

Segera setelah menjadi ibukota Kekhalifahan Abbasiyah, Baghdad berkembang menjadi pusat budaya, perdagangan, dan intelektual yang pesat bagi dunia Islam, menjadi pusat penelitian ilmiah dan perdagangan, di mana banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India melakukan perjalanan ke kota ini. House of Wisdom dan Universitas Al-Mustansiriya, salah satu universitas tertua di dunia bahkan memberikan penghargaan kepada Baghdad sebagai kota “Pusat Belajar”.

Namun, kini hampir sulit dipercaya bahwa, kondisi Baghdad justru berbanding terbalik dengan masa lalu. Baghdad yang sempat menjadi tempat lahirnya peradaban, kini melahirkan juga kondisi miris, dengan menduduki peringkat buta huruf yang cukup besar, yakni mencapai 40 % dari penduduk Irak yang tidak dapat membaca atau menulis. Lebih dari 300.000 pemuda Irak berusia 10-18 belum pernah sekolah, 70 % kaum muda di Irak tidak tertarik pada kegiatan budaya dan seni, 87 % tidak menghadiri kegiatan karang taruna, 68 % tidak berlatih olahraga dan 37 % tidak memiliki hobi.

Ini merupkan kota yang dari tanggal 9 sampai abad ke-13, telah banyak menghasilkan sarjana, termasuk orang-orang dari latar belakang Persia atau Kristen yang telah melakukan banyak penelitian dan pendidikan.

Selain itu, mereka juga menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Arab dan melestarikannya. Para sarjana Baghdad juga banyak memberikan kontribusi yang luar biasa dalam berbagai bidang, seperti seni, musik dan sastra.

Bahkan pada awal zaman modern Irak, budaya yang kaya ini telah berhasil dipertahankan. Pada 1980, Irak termasuk salah satu negara pertama di wilayah ini yang getol memberantas buta huruf. Tak heran jika akhirnya UNESCO mengakui bahwa sistem pendidikan Irak antara 1970-1984 sebagai salah satu yang terbaik di dunia dan berada di garis depan lembaga pendidikan di seluruh dunia.

Bagaimana Akhirnya Baghdad Jatuh?

Jatuhnya Baghdad ditandai dengan hancurnya jalan Mutanabbi; distrik bersejarah kota, yang terdapat pusat penerbitan buku, usaha percetakan, dan kafe, seperti cafe terkenal Shabandar, di mana para penulis dan intelektual Irak telah menghasilkan beragam karya selama berabad-abad. Ini dinamakan era Irak klasik Al-Mutanabbi.

Namun, ketika sebuah mobil meledak dan menewaskan 26 orang di Jalan Mutanabbi pada  5 Maret 2007 silam, jalan itu menjadi hancur lebur.

Banyak pembuat buku Baghdad menjadi korban. Jalan yang sering disebut sebagai tempat penjualan buku dan jantung serta jiwa bagi ilmu pengetahuan Baghdad itu telah rusak parah.

Pusat Pengetahuan Tertua Dunia

Baghdad merupakan pusat pengetahuan tertua di dunia. Nama-nama berikut ini akan memberikan gambaran singkat tentang Baghdad yang pernah memberikan kontribusi untuk peradaban dunia.

Al-Khalil (w. 791), penemu dan penulis kamus Arab pertama dan terkemuka. Muridnya Sibawayh (w. 796) telah menyusun tata bahasa Arab dan memprakarsai sekolah tata bahasa di Basran.

Farabi dan al-Kindi merupakan dua filsuf Arab paling menonjol dari Baghdad. Puncak tertinggi terhadap penghargaan puisi Arab terjadi di era Abbasiyah; Abu Nawas, Al-Mutanabbi, Abu al-Atahiya, Abu Firas al-Hamdani, Al-Matib dan Abu Tammam, Abd al-Wahhab Al-Bayati, al-Jawahiri, al-Sayyab, Nazik Al-Malaika hanyalah beberapa contoh penyair terbesar dunia Arab yang dikenal, dan hingga kini karya mereka masih diakui publik, dinikamti dan digunakan sebagai rujukan berbagai sekolah dan universitas di seluruh dunia.

Musik mulai muncul dan menjadi populer di bawah pemerintahan era Abbasiyah. Al-Mausili dan Ishaq menjadi dua musisi awal yang telah diakui dan dinikmati karyanya oleh para penguasa. ‘Seribu Satu Malam’ merupakan salah satu kisah fiksi terkenal dunia Islam yang juga berasal dari Baghdad.

Sejak berdirinya, Baghdad diakui sebagai tempat ilmu pengetahuan dan pendidikan, Al- Kisai (w. 805) merupakan seorang filolog penting dan guru Harun al-Rasyid beserta anak-anaknya. Abu Hanifah (w. 767) di Kufah dan A?mad bin Hanbal (w. 855) menjadi pencetus mazhab di Irak.

Selain itu, didirikan pula ruang observasi astronomi di luar Baghdad di tepi kiri Sungai Tigris yang membantu untuk mengklasifikasikan berbagai ilmu matematika, ilmu alam semesta, siklus bulan yang berfungsi untuk menentukan Ramadhan, waktu shalat dan lain sebagainya.

11 tahun lalu sudah Baghdad  jatuh ke tangan tentara Amerika. Tapi musim gugur ini masih terjadi secara terus menerus. Bahkan melampaui kecepatan kinerja pasukan Amerika,  dan sayangnya, itu akan tetap terjadi tanpa adanya kesadaran akan pentingnya sebuah perubahan. Saya berdoa agar suatu hari nanti Kota Perdamaian kembali hidup dan kita semua bisa menikmati perdamaian yang sesungguhnya.

 

Sumber: On Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *