Kala Dunia Tegak Bersama Ahmed
Namanya Ahmed. Ahmed Mohamad. Usia 14. Kesibukan sehari-hari: pelajar di MacArthur High School. Di kotanya di Irving, Texas, Amerika Serikat, remaja Muslim berdarah Sudan itu praktis bukan siapa-siapa sampai dia merakit sebuah jam elektronik untuk mengesankan gurunya. Tapi pekatnya kecurigaan dan paranoia di Amerika membuat dia harus merasakan sesuatu yang getirnya bakal dia ingat untuk waktu yang lama: gurunya curiga. Curiga dia merakit bom. Lalu polisi datang. Ahmed, remaja yang gemar sains itu, kena borgol. Belum cukup, sekolah menskornya tiga hari hingga polisi sadar telah berbuat kesalahan fatal. Di hari keempat, namanya seketika mendunia. Di Twitter, berjuta-juta akun bersimpati dan membelanya (tagar #IStandwithAhmed khusus untuk dia jadi Trendin Topic nomer wahid). Tak hanya itu, bahkan Presiden Barack Obama menyempatkan menyapa dan menghiburnya, mengajak dia datang main ke Gedung Putih dan membawa jam elektronik yang membuatnya sempat dikira teroris.
Semuanya bermula senang Ahmad –yang gemar merakit elektronika –membuat sebuah jam dari papan sirkuit dan kabel, yang disimpan di dalam kotak pensil. Pada Selasa, ia menunjukan hasil karyanya ke guru Bahasa Inggris di sekolah. “Saya membuat jam agar guru saya terkesan, tapi ketika saya menunjukkanya, ia pikir itu sebuah ancaman,” katanya kemudian.
Ya sang guru mengira prakarya itu bom. Seketika Ahmad diborgol dan diinterogasi polisi.
Mereka membawa Ahmad ke sebuah ruangan. Di sana ada empat petugas polisi sedang berjaga. Seorang polisi yang ia tidak pernah lihat sebelumnya bersandar di kursi dan berkata: “Ya, benar seperti apa yang saya pikir.”
Ahmd sadar yang polisi itu maksud adalah kulit cokelat dan namanya – nama populer dalam agama Islam.
Bel berdering dua kali, sementara petugas menggeledah barang-barangnya dan mempertanyakan maksudnya membuat jam. Kepala sekolah mengancam akan mengusir Ahmad jika ia tidak membuat pernyataan tertulis.
“Mereka seperti, ‘Jadi Anda mencoba untuk membuat bom?'” kata Ahmad.
“Saya mengatakan kepada mereka ‘tidak, saya mencoba membuat sebuah jam’.”
Berjalan empat hari setelah hari sial itu, dukungan untuk Ahmad berdatangan, utamanya di Internet.
Dalam cuitannya di Twitter, Obama (@potus) menulis, “Jam yang keren, Ahmed, ingin membawanya ke Gedung Putih? Kita harus menginspirasi lebih banyak anak anak sepertimu agar menyukai sains. Itu yang membuat Amerika hebat.”
Sapaan hangat juga terbaca di akun milik Google, @Googlescifair, “Hey Ahmed – kami menyimpan tempat untukmu di akhir pekan ini Google Science Fair … ingin ikut? Bawa jam mu! #IStandwithAhmed”
Ayah Ahmad, Mohamad Hassan, dalam jumpa pers pada Rabu sore menyatakan ungkapan terimakasih kepada pendukung Ahmad dan rasa bangga pada putranya tersebut. Dia berharap Amerika berubah.
“Apa yang terjadi pada anak kami adalah peringatan untuk maju … ini adalah Amerika. Kita perlu reformasi,” katanya. “Dia anak yang sangat brilian. Saya sangat bangga padanya.”
Bos besar Facebook, Mark Zuckerberg, juga memberikan dukungan pada Ahmed. Dalam akun Facebook pribadi, dia menulis, “Punya keterampilan dan ambisi untuk membangun sesuatu yang keren harus mengarah pada tepuk tangan, bukan penangkapan. Masa depan adalah milik orang-orang seperti Ahmed,” tulis Zuckerberg. “Ahmed, jika kau ingin datang ke Facebook, saya akan sangat senang jika bertemu denganmu.”
Ami/IslamIndonesia
Leave a Reply