Satu Islam Untuk Semua

Friday, 17 January 2014

Ironi Prancis


foto:thelostforum.net

Bagiamana motto kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan, menjadi serenceng omong kosong untuk sekelompok anak muda Arab yang begabung dengan militer Prancis dalam Perang Dunia II?

 

 

Indigenes (Days of Glory) 

Prancis,2006

Pemain: Roschdy Zem, Samy Naceri, Jamel Debbouze,

Sami Bouajila, Bernard Blancan

Sutradara: Rachid Bouchareb

 

JANUARI 1945.Sekelompok serdadu Prancis (sebagian besar berkebangsaan Arab Muslim) mendapat tugas untuk membantu gerak pasukan Amerika yang sedang menghambat laju pasukan Jerman di Alsace. Namun malang, di sebuah kawasan hutan bersalju, sebuah ranjau darat meledak. Akibatnya korban berjatuhan: 4 tewas dan pimpinan regu Sersan Roger Martinez (Bernard Blancan) terluka parah.

Dalam keadaan kritis tersebut, Sersan Roger menyerahkan tampuk komando kepada Kopral Abdelkadir (Sami Bouajila). “Sekarang kau memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan apakah kita akan terus bergerak demi orang-orang Amerika itu atau mundur,”ujar sang Sersan.

Lantas apa yang dilakukan oleh Abdelkadir? Dengan meminggirkan rasa jengkelnya terhadap sang Sersan Prancis yang pernah ditantangnya berkelahi (gara-gara prilaku rasis pimpinan-pimpinan pasukan Prancis), Abdelkadir justru memilih untuk jalan terus.

Tapi alih-alih setuju, 3 serdadu Arab lainnya malah menolaknya mentah-mentah. Mereka berkilah dengan berbagai alasan: mulai soal amunisi yang berkurang hingga kekapokan mereka untuk berjuang demi para penjajah negeri mereka.

“Cukup sudah hanya Larbi yang mati untuk Prancis!”teriak Yassir (Samy Naceri) sambil menyebut nama sang adik yang menjadi salah satu korban ledakan ranjau tersebut.

Terjadilah perdebatan kecil. Sebagai sosok serdadu “kutu buku” yang disiplin, Abdelkadir tetap memilih untuk mematuhi perintah awal.”Ada apa dengan kalian? Andaikan 10 atau 100 kali lipat terjadi hal seperti ini,akan kubayar! Tidakkah kalian mengerti? Apa yang kita lakukan hari ini, menentukan pandangan orang-orang Prancis terhadap kita!” Ya sebagai pengecut atau pemberani? 

Indigens memang banyak mengaduk-aduk sisi kelam psikologis anak-anak muda Arab yang bergabung dengan pasukan Prancis. Alih-alih diperlakukan sebagai patriot, mereka justru harus banyak bergelut dengan sikap diskriminatif, rasis (terbukti dengan banyak berhamburannya kata “Si Arab”, “Si Muslim” dari mulut tentara-tentara kulit putih itu) dan superioritas kolega-kolega Prancisnya di kesatuan militer. Itu jelas sebuah ironi, mengingat Prancis selama ini kadung dikenang sebagai pengusung liberte,egalite,fraternite (kebebasan,kesetaraan dan persaudaraan).

Bahkan seolah ingin lebih memperjelas wajah arogansi imperialismenya,pada 1959 secara sewenang-wenang pemerintah Prancis membekukan undang-undang yang mengatur pemberian uang pensiun mantan anggota militer yang datang dari dari bekas koloni-koloninya. Tak ada yang bisa menghentikan keputusan itu, termasuk Uni Eropa yang pada 2002 menghimbau Prancis untuk membayar secara penuh hasil keringat dan darah mantan para prajuritnya.

Secara pribadi, saya merekomendasikan film ini untuk ditonton (terutama untuk manusia-manusia yang mengaku anti perang). Selain plot dan alurnya lumayan “renyah” (tidak seperti Apocalypse Now yang “berat”  atau We Were Soldiers yang bertele-tele) juga dialognya lepas dan sarat makna. Simak saja kata-kata perkenalan khas serdadu saat bertemu dengan kawan barunya di garis depan: 

“Said kau berasal dari mana?”

 “Dari jurang kemiskinan…” jawab Said Otmari (Jamel Debbouze) yang memang datang dari sebuah keluarga Arab kere dan tinggal di lingkungan kumuh kota Aljazair.

Namun tentunya, tak ada gading yang tak retak. Film yang menjadi nominasi Oscar dan juara Festival Cannes itu,ternyata memiliki sisi lemah juga, terutama dari sisi kostum dan alat. Ya memang tak berat sih, hanya di beberapa adegan. Misalnya truk militer yang dipakai tentara Prancis saat menyerbu Italia kok mirip US M35? Sepengetahuan saya  truk jenis itu baru dipakai oleh serdadu Amerika saat berperang di Vietnam 20 tahun kemudian.

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *