Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 20 January 2018

Imam Al Ghazali di Mata Kiai Said Aqil Sirajd


islamindonesia.id – Imam Al Ghazali di Mata Kiai Said Aqil Sirajd

 

 

Di mata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj, Imam Al-Ghazali selalu menekankan agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya. “Hawa nafsu seringkali membuat manusia tertipu dengan hal duniawi, seperti kekayaan, jabatan, dan ilmunya,” kata Said dalam Seminar Internasional Tasawuf Imam Al-Ghazali di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (19/1).

Said menceritakan kisah hidup Al-Ghazali yang mau meninggalkan rutinitas sehari-harinya. Al-Ghazali berani meninggalkan jabatannya sebagai seorang rektor sebuah universitas dan mengembara ke Suriah hingga Mesir, sampai memutuskan menyendiri di Damaskus.

Dalam kesendirian tersebut, Al-Ghazali menemukan ilmu yang tidak dapat dideskripsikan. Ia mampu mengetahui kapan waktu meninggalnya.

Al-Ghazali mengajarkan, kebenaran ada di dalam diri manusia itu sendiri. “Allah tidak pernah dihalangi, tetapi kita yang menutup diri dengan Allah,” kata Said.

Said menjelaskan, dalam hidup, seringkali manusia dipenuhi rasa khawatir. Perasaan tersebut harus dikelola menjadi ilham dengan cara beribadah mendekatkan diri pada Allah.

Ia mengatakan, rasa khawatir yang hadir apabila dikelola, maka akan menjadi sebuah karya yang indah. Adapula khawatir yang terjadi karena hawa nafsu. Perasaan tersebut dapat terjadi dimana saja, bahkan di tempat ibadah. “Salah satu contoh, orang yang memperlihatkan dirinya berdoa di depan umum demi mendapatkan pujian, maka sejatinya orang tersebut telah dikuasai hawa nafsu,” kata Said.

Said berkata, perasaan khawatir yang terakhir, yaitu terjadi karena was-was. Perasaan tersebut muncul karena godaan setan yang terjadi secara spontanitas.

“Al-Ghazali seringkali dituduh sebagai penyebab kemunduran agama Islam, padahal sejatinya penyebab kemunduran tersebut adalah hawa nafsu,” tutup Said. Pasca Al-Ghazali wafat, muncul pemikir Islam yang terkenal seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Arabid, dan lain-lain.

Di dalam Islam, Imam Al-Ghazali dikenal sebagai bapak tasawuf dunia. Ia mengajarkan keselarasan hidup di dunia dan akhirat.

Al-Ghazali lahir di Thus, Iran dan hidup pada 1058-1111 Masehi. Selain dikenal sebagai bapak tasawuf dunia, ia merupakan seorang sufi yang ahli filsafat, teologi, fikih (ilmu tentang hukum Islam), dan ketatanegaraan. Tasawuf merupakan ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah, sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Sang Pencipta.[]

 

 

YS/Islamindonesia/Sumber: Harian Kompas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *