Satu Islam Untuk Semua

Monday, 17 February 2014

Hatim Si Tuli dan Aib Wanita Tua


www.sehataja.com

“Sungguh, aku tidak mendengar ucapanmu, keraskanlah suaramu lagi!”

 

Di sebuah desa bernama Balkh, hiduplah seorang lelaki bernama Hatim. Ia sangat dihormati oleh orang-orang di sekitarnya sebagai seorang ulama yang mumpuni. Tak heran, bila setiap hari rumahnya selalu ramai dikunjungi para tamu guna meminta pendapatnya akan berbagai hal.

Dengan senang hati, Hatim pun akan menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan tersebut. Dari masalah sepele, hingga masalah terberat sekali pun, Hatim selalu berusaha memenuhi harapan tamunya itu.

Hingga, pada suatu ketika, datanglah seorang nenek yang hendak meminta pendapat Hatim mengenai permasalahan yang sedang ia hadapi. Namun, belum sempat ia lontarkan pertanyaan tersebut, wanita tua itu dengan tidak sengaja buang angin di hadapan Hatim. Saking malunya, wanita itu seketika menundukkan kepala dengan wajah merah padam dan segera angkat kaki dari hadapan sang ulama, panutan zaman.

Hatim, yang kala itu memiliki pendengaran cukup bagus, justru berkata, “Bicaralah lebih keras. Pendengaranku sedikit terganggu.”

Wanita itu pun kembali menegakkan kepalanya, dan menatap wajah Hatim. Dengan terbata, ia mulai bicara, “Sa..ya, ingiin…,” masih menampakkan malu.

“Sungguh, aku tidak mendengar ucapanmu, keraskanlah suaramu lagi!”

Hatim berkata demikian agar si wanita tidak merasa malu. Dan, menyampaikan maksudnya.

Kemudian, setelah wanita itu yakin bahwa Hatim memang benar-benar tuli, akhirnya mengeraskan suara. Hatim pun menjawab pertanyaannya.

Hari berlalu, sepanjang wanita itu hidup, selama kira-kira lima belas tahun, konon, Hatim memilih untuk berpura-pura tuli. Hal ini ia maksudkan agar tidak ada orang lain yang memberi tahu bahwa ia sebenarnya tidak tuli.

Selama kurun waktu itu pula, Hatim selalu mengatakan, “Bicaralah lebih keras,” kepada siapa pun yang berbicara padanya. Karena itulah ia dijuluki sebagai Hatim Si Tuli selama sepanjang hidupnya.

Bayangkan, seorang ahli ibadah, sufi, seorang ulama yang dikenal memiliki ilmu yang mumpuni, seorang penceramah terkenal di seantero Baghdad, seorang guru yang memiliki ribuan murid di seluruh dunia, seorang alim yang pendapatnya selalu dinanti sebagai fatwa hidup masyarakat, lebih memilih dirinya dijuluki sebagai Si Tuli selama hidupnya ketimbang harus membuka aib sesama manusia. Lantas, bagaimana dengan kita?

——

Hatim memiliki nama lengkap Abu ‘Abdurrahman Hatim ibnu Unwan al Assam. Ia lahir di Balkh dan wafat di Wasyjard dekat Tirmidz pada tahun 237 H/852M. Ia merupakan salah seorang murid Syaqiq al Balkhi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *