Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 18 February 2014

Harapan Baru Dunia Islam


foto:hendijo

Berburu kejayaan Islam di tangan orang-orang Melayu

 

Dalam sebuah ceramahnya di Jakarta, almarhum Bang Imad (Imaduddin Abdurachim) menceritakan tentang pertemuannya dengan Fazlur Rahman, seorang intelektual Muslim Amerika Serikat asal Pakistan. Kepada Bang Imad, Fazlur menyatakan sikap skpetisnya terhadap kepemimpinan Arab atas dunia Islam di masa depan. “Sudah waktunya kalian orang-orang Islam yang berbahasa Melayu memimpin kami,”ujar guru besar studi Islam di Mc.Gill University dan Chicago University tersebut.

Hal yang sama juga diimani oleh John L Esposito. Dalam sebuah artikelnya berjudul “Islam’s Southeast Asia Shift, a success that Could Lead Renewal in the Muslim World” yang dimuat Asiaweek edisi 4 April 1997, pakar Islam dari  Georgetown University ini menyebut perkembangan Islam di Asia Tenggara pada masa kini sangatlah menjanjikan.Ketika mayoritas orang Islam di dunia banyak mengidentikkan Islam dengan Arab, Esposito justru menyebut peran Islam Asia Tenggara akan sangat menentukan. “Terutama Indonesia dan Malaysia, saya yakin kedua negara ini memainkan peranan penting dalam memimpin dunia Islam,”tulisnya. 

Mujamil Qomar merupakan salah satu intelektual Muslim Indonesia yang meyakini kepercayaan Rahman dan Esposito tersebut. Bahkan tidak sebatas mengimani semata, ia merunut secara genealogis hal-hal yang menjadikan Islam di Indonesia layak memimpin dunia. Mulai dinamika sosial politik  hingga sejarah pemikiran-pemikiran yang pernah dan sedang berkembang di Indonesia.

Pilihan Indonesia sebagai pemimpin dunia Islam di masa depan bisa jadi didasarkan pada kelebihan-kelebihan Indonesia yang tak dimiliki negara-negara Muslim lainnya: jumlah penganut Islam terbesar, wilayah yang sangat luas, alam yang kaya dan budaya yang terbuka hingga menjadikannya sebagai negara ketiga paling demokratis di dunia saat ini. Dibandingkan negara-negara Muslim lainnya, Indonesia pun selalu menjadi yang terdepan dalam merespon tuntutan modernisasi politik.

Situasi tersebut menjadikan Indonesia menjadi tempat yang ideal bagi lahirnya berbagai pemikiran Islam. Sebuah produktifitas intelektual yang saat ini tidak begitu bisa dilakukan oleh negara-negara Muslim Timur Tengah (tempat kelahiran Islam) karena mereka tengah sibuk menghadapi gelombang konflik yang berkepanjangan, baik dengan faksi-faksi dalam Islam sendiri maupun dengan negara-negara lain, khususnya Israel. “Energi mereka habis terkuras untuk kepentingan “pertempuran” fisik dan mental dalam konflik tersebut,”tulis Mujamil.

Namun demikian bukan berarti Indonesia tidak memiliki kelemahan. Setidaknya dalam buku ini, Mujamil mencatat ada 5 hal yang menjadikan Indonesia “tersendat-sendat” berjalan menuju titik puncak kepemimpinan dunia Islam: kualitas pendidikan yang masih lemah, tingkat perekonomian yang masih jauh dari harapan, lemahnya penegakan hukum, pragmatisme dan masih bercokolnya budaya feodal. 

Karena itu, supaya potensi besar Islam Indonesia tidak terbuang sia-sia, menurut Mujamil, Muslim Indonesia haru memfokuskan diri pada upaya pengembangan kelebihan-kelebihan itu dan meminimalisasi kelemahan-kelemahannya. Untuk mengatasi problem besar Islam Indonesia, Mujamil menawarkan empat macam strategi: membangun pemikiran inovatif-kontruktif, membudidayakan tindakan kreatif-produktif, menciptakan kebijakan strategis-transformatif dan melaksanakan pembangunan secara kolektif-sinergis. Seperti apa detailnya, tentunya saya menyilakan anda untuk membaca buku ini secara langsung.

Saat membahas “tema besar” tentang upaya Indonesia mencapai puncak kepemimpinan dunia Islam tersebut,  Mujamil juga menyertakan data-data yang sangat informatif dan unik sekitar perkembangan Islam di Indonesia. Misalnya di bab pendahuluan, ia menyebut soal potensi Indonesia akan menjadi “kekuatan besar” tersebut pernah dibahas di internal CIA (organisasi telik sandi negara Paman Obama). Ia juga dengan ciamik membahas “benturan” yang terjadi antara Islam moderat dengan Islam garis keras di Indonesia dan melatarbelakangi semua itu dengan bingkai sejarah perkembangan Islam pada masa lalu.Singkatnya semua yang ditulis Mujamil dalam buku ini, arah-arahnya menyiratkan betapa Indonesia sangat bisa untuk menjadi harapan baru dunia Islam. 

 

Judul Buku    : Fajar Baru Islam Indonesia? 
Penulis         : Prof.Dr. Mujamil Qomar, M.Ag.
Penerbit       : Mizan Pustaka Bandung.Tebal: 286 halaman. 

 

 

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *