Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 29 January 2017

Habib Luthfi: Jangan Heran Jika Ada Keturunan Nabi Berakhlak Tak Baik


islamindonesia.id – Habib Luthfi: Jangan Heran Jika Ada Keturunan Nabi Berakhlak Tak Baik

 

Pimpinan Majelis Kanzus Sholawat Pekalongan Habib Luthfi bin Yahya menerangkan, meskipun ada orang yang bernasab langsung ke Rasulullah Saw, belum tentu akhlaknya baik karena ini persoalan ma’shum (dilindungi Allah dari dosa). Fenomena ini bisa terjadi meski Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling baik, bahkan sempurna.

“Jangan heran jika (keturunan Nabi, red) ada yang berakhlak tidak baik, lah wong mereka tidak di-ma’shum kok,” kata Habib Luhtfi saat menerima rombongan Anjangsana Islam Nusantara STAINU Jakarta di kediamannya seperti dilansir nu.or.id, (24/1).

[Baca juga:  OPINI- Menyoal Gelar Habib]

Karena itu, menurut Habib Luthfi, belajar dan memahami sejarah secara tuntas, termasuk sejarah perjalanan Nabi Muhammad yang penuh dengan teladan itu sangat penting.

Bicara soal manusia pilihan Allah ini, di kesempatan terpisah, Habib Luthfi menjelaskan bahwa ayah Fatimah Az-zahra itu bukanlah sebagaimana umumnya manusia biasa. Dia adalah manusia luar biasa.

“Jika Nabi manusia biasa, lalu kita ini apa?” katanya seperti disiarkan TV Aswaja beberapa waktu lalu.

Jika Al-Quran Surah Ali Imran: 31 diperhatikan, sedemikian luar biasanya Nabi sehingga orang-orang yang mengikutinya diberi ‘garansi’. Di sini, kata Habib Lutfi, pentingnya peringatan maulid dan haul yang dilakukan untuk membangkitkan kecintaan pada Nabi.

“Wahyu tidak akan diturunkan kepada manusia biasa kecuali kepada dia yang berkedudukan sebagai rasul, nabi dan ma’shum,” katanya.

Tidak ada masalah dengan kata ‘basyar’, sebagaimana batu juga memiliki derajat; krikil, intan dan permata. Semuanya sama-sama dikatakan batu, namun nilai satu truk krikil belum tentu sebanding dengan satu permata.

[Baca juga: Makna di Balik Maulid, Habib Lutfi: Jika Nabi Manusia Biasa, Lalu Kita Ini Apa?]

Gelar Habib

Gelar habib, menurut pemerhati sosial budaya Abdillah Toha, belakangan banyak dilekatkan pada keturunan Imam Ahmad bin Isa Almuhajir dari Hadramaut yang mempunyai nasab langsung sampai kepada Fatimah putri Rasulullah SAW dan ayahnya Muhammad SAW.

“Di Indonesia mereka dikenal sebagai marga Alawiyun,” kata Abdillah dalam tulisannya di Islamindonesia.id

Sebelum ini, keluarga Alawiyun lebih sering disebut sebagai Sayid sedang gelar habib yang berarti kekasih, dahulu hanya disandang dan diberikan oleh pengikutnya kepada orang-orang yang dianggap sebagai panutan dan telah mencapai maqam keagamaan tertentu.

Entah bagaimana, kata Abdillah, pada masa ini setiap anggota marga Alawi atau Ba-alawi menyandang gelar habib dan dianggap sebagai orang yang ilmu agamanya tinggi.

“Habaib (jamak habib) adalah manusia biasa,” tegasnya.

Ketika gelar itu disandang kemana-mana, maka risiko terbesar adalah generalisasi masyarakat awam atas tindak tanduk mereka yang “menyimpang”.

Disebut menyimpang, lanjut Abdilllah, karena contoh kiprah beberapa habaib di Indonesia belakangan jelas bukan teladan yang baik.

“Habaib pendahulu telah banyak dikenal di negeri ini dengan pengaruh yang luas berkat perilaku yang lembut, tulus dan ikhlas, serta dilandasi ilmu yang benar dan akhlak yang mulia,” katanya.

Pada akhir masa penjajahan Belanda dan awal kemerdekaan ada paling tidak 3 habib yang dikenal di Jakarta, yakni Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi Kwitang, Habib Ali bin Husin Alatas Bungur, dan Habib Salim bin Jindan.

“Inilah orang-orang saleh yang hidupnya didedikasikan sepenuhnya untuk dakwah tanpa pamrih dengan sukses luar biasa mencapai puluhan ribu pengikut yang menjadi muridnya,” katanya.[]

[Baca juga: OPINI–Siapa Yang Kau Teladani Wahai Habaib?]

YS/ islam indonesia

 

One response to “Habib Luthfi: Jangan Heran Jika Ada Keturunan Nabi Berakhlak Tak Baik”

  1. elfan says:

    SUBHANALLAH, ISLAM MEMBERIKAN KETEGASAN SOAL KETURUNAN ATAU NASAB UMAT MANUSIA!

    KETURUNAN MUHAMMAD TIDAK DIABADIKAN DI DALAM AL QURAN BERNASIB SAMA DENGAN TIDAK ADANYA ISTILAH KETURUNAN NUH (QS. 19:58)

    PRINSIP PERKAWINAN KATA KUNCI KETEGASAN SOAL NASAB (KETURUNAN). DENGAN ADANYA KEMAMPUAN SAINS DAN TEKNOLOGI YANG CANGGIH SEPERTI REKAYASA GENETIK BAHKAN MEMBONGKAR ADANYA DUGAAN YANG SALAH ATAS PERSOALAN NASAB.

    Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (SQS. Al Ahzab, 33:5)

    Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

    ليس مِن رجلٍ ادَّعى لغير أبيه وهو يَعلَمه إلاَّ كفر بالله، ومَن ادَّعى قوماً ليس له فيهم نسبٌ فليتبوَّأ مقعَدَه من النار ))، رواه البخاريُّ (3508)، ومسلم (112)، واللفظ للبخاري

    “Tidak ada seorangpun yang mengaku (orang lain) sebagai ayahnya, padahal dia tahu (kalau itu bukan ayahnya), melainkan telah kufur (nikmat) kepada Allah. Orang yang mengaku-ngaku keturunan dari sebuah kaum, padahal bukan, maka siapkanlah tempat duduknya di neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).

    Hasan dan Husein, anak dari Ali bin Abi Thalin dengan Fatiman binti Muhammad merupakan cucu Nabi Muhammad SAW itu benar karena Islam menganut sustu sistem yang disebut sisten nasab bilateral/parentalnya (QS. QS, 4:24). Tetapi Hasan dan Husein tetap saja tidak punya hak akan sistem patrinialnya (QS. 33:4-5).

    Oleh karena itu Hasan dan Husein tetap saja menyandang nasab dari Ali bin Abi Thalib tidak bisa dialihkan kepada nama yang lain misalnya Hasan BIN FATIMAH atau Husein IBNU FATI,AH (QS, 19:34) *)

    Sebagai contoh tentang mereka yang bergelar habib, siapa habib? apakah ada dari definisi habib disebut Keturunan Muhammad (QS. 19:58) apa lagi ngaku keturunan nabi, keturunan ahlul bait atau keturunan rasul?

    Bahkan tulisan sang doktor ini tiudak menyebut apa gelar dari dinasti keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalibnya. Simak:

    Habib merupakan gelar mulia untuk keturunan Hussein bin Ali bin Abi Thalib. Cucu Nabi Muhammad ini dibunuh secara kejam di Karbala. Anaknya, Ali Zainal Abidin, karena tekanan penguasa khalifah “Islam”, hanya bisa menjadi ahli ibadah, maka di belakang namanya ada gelar abidin.

    Semua khalifah “Islam” memusuhi keturunan Hussein karena takut pengaruh keilmuan dan ketinggian asal keturunannya. Keturunan kedelapan, Ahmad bin Isa, akhirnya pindah dari Basrah di Irak selatan ke Hadramaut di Yaman. Ia wafat pada 345 Hijriyah. Cucu Ahmad bin Isa, Alwi bin Ubaidillah, yang menetap di Hadramaut, dan keturunannya kemudian dinamai Alawiyin.

    Penetapan nama itu, menurut Tharick Chehab (1975)–yang ditulis kembali oleh Kurtubi (10 Januari 2007) dalam Sejarah Singkat Habaib (Alawiyin) di Indonesia–dilakukan karena di Hadramaut berlaku undang-undang kesukuan. Setiap keluarga harus punya nama suku. Beberapa suku besar dan ningrat di Yaman saat itu disebut Qabili. Mereka memusuhi keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib itu. **)

    http://www.cerinews.com/2018/10/hrs-keturunan-nabi-ke-38-ternyata-hoax.html

    **) https://muhsinlabib.com/mencari-habib-sejati/

    *) http://bacadanbagikanilmu.blogspot.com/2016/12/bisakah-membuktikan-seseorang-keturunan.html

Leave a Reply to elfan Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *