Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 31 December 2017

Dibutuhkan Solidaritas yang Kukuh untuk Selamatkan Palestina dan Yaman


islamindonesia.id – Dibutuhkan Solidaritas yang Kukuh untuk Selamatkan Palestina dan Yaman

 

Dibutuhkan solidaritas yang kukuh untuk menyelamatkan Palestina dan Yaman, demikian ungkap pengamat Timur Tengah, Husein Ja’far Al Hadar dalam Talk Show yang bertajuk “Refleksi Akhir Tahun; Tragedi Kemanusiaan di Palestina dan Yaman”. Acara yang dilaksanakan pada 30  Desember 2017 ini dihadiri pula oleh beberapa pakar dari latar belakang yang berbeda, seperti  Irman Abdurrahman (Peneliti Palestina), Syafiq Basri Assegaf (Pakar media), Perwakilan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Indonesia Muhammad Isa, Aktivis Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Nurfitri Muslim Taher, dan dari Amnesty Internasional  Raafi Nurkarim Ardikoesoema.

Dalam talk show yang dipandu oleh Ammar Fauzi tersebut, masalah yang terjadi di Palestina dan Yaman dikupas dari banyak perspektif.

Sebagaimana yang di kutip dari laman Merdeka.com, Raafi Nurkarim mengatakan, Arab Saudi berkoalisi dengan Amerika Serikat untuk menghancurkan Timur Tengah. Ini ditandai dengan pengeboman bertubi-tubi di Yaman yang dilakukan Arab Saudi dengan bantuan Amerika.

“Secara hubungan power to power agak absolut. Amerika berkoalisi dengan Arab dan Israel sementara Yaman seolah ditinggalkan,” kata Raafi.

Terkait masalah Palestina, Raafi menuturkan, semakin hari tindakan represif Israel terhadap Palestina kian menjadi. Bahkan “Suplai air hujan bakal dibatasi oleh otoritas Israel. Mereka punya kekuatan keamanan. Mereka bisa masuk ke wilayah Palestina yang memiliki fasilitas penampungan air. Jika ditemukan penampungan air dimusnahkan.”

Syafiq Basri Assegaf dalam paparannya mengajak hadirin untuk memahami agenda setting media. Menurutnya, media-media barat memiliki keberpihakan yang nyata dalam menginformasikan peristiwa yang terjadi di Yaman. Untuk memahami masalah Yaman dan Palestina, kita memerlukan informasi yang akurat, agar tidak terseret oleh propaganda yang mereka buat.

Perwakilan Komnas HAM, Mimin Dwi Hartono, dalam kesempatan tersebut mengatakan, boikot bisa menjadi salah satu cara yang dilakukan masyarakat internasional untuk menekan Israel dan kebijakannya yang merugikan Palestina selama ini. Sebagaimana yang dikutip dari Mirajnews.com, Mimin mengatakan, “Gerakan Boikot dan divestment internasional selama ini bisa jadi efektif dan menjadi langkah konkrit untuk membantu,” katanya mengacu pada gerakan BDS (Boycott, Divestment and Sanction) yang dilakukan aktivis dari berbagai dunia secara massif.

Di Eropa, keberhasilan BDS tidak diragukan, berbagai pertunjukan, kuliah umum, seminar yang mendatangkan tamu dari Israel berhasil dibatalkan para aktivis. Bahkan, dana pensiun terbesar ketiga di Denmark mengeluarkan bank-bank dan perusahaan Israel dari portofolionya. Hasilnya, 2016 disebut Israel sebagai tahun terpahit akibat maraknya boikot skala kecil dan besar dari negara-negara Eropa.

IMG-20171230-WA0040

Di akhir diskusi, Husein Ja’far Al Hadar menyinggung soal keberadaan lima Negara pemegang Hak Veto di PBB yang dianggap sebagai salah satu batu sandungan untuk mewujudkan perdamaian dunia. Lebih jauh ia mengatakan, bahwa dibutuhkan solidaritas bersama untuk menyelamatkan Palestina dan Yaman. Menurut Husein yang juga Direktur Cultural Islamic Academy, “Kecaman dan resolusi hanya politik, namun tidak memiliki dampak hukum apapun. Sedangkan Israel, per tahun 2015, adalah ketua komite hukum Internasional di PBB. Bayangkan, Negara yang paling anti hukum, paling menginjak-injak hukum internasional, justru menjadi ketua komite hukum internasional,” pungkasnya.[]

 

 

AL/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *