Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 07 August 2014

Dari Kain-Kain Bergemerincing


Bisnis online kian marak saat ini. Ernovi Esra termasuk salah satu wanita yang ikut terjun di dalamnya. Wanita kelahiran tanah Minang 38 tahun lalu dan pecinta warna merah ini memulai bisnis onlinenya pada tahun 2008. Mengusung nama Zibalabel, awalnya ia menjual kerudung-kerudung bersulam bordir, gesper, kalung dan bros karya sendiri. Barang-barang itu dijual langsung pada rekan-rekan kerjanya di kantor atau secara online. Tapi usaha sampingannya ini harus berhenti pada tahun 2009 karena ia hamil dan melahirkan anak pertama. Selama dua tahun, Ernovi praktis tidak menyentuh jarum dan benang untuk menyalurkan hobinya.Contoh jilbal bersulam bordir

Kalau jodoh tak akan kemana. Di tahun 2010, magister manajemen dari ITB ini bertemu dengan seorang teman yang seniat dengannya; ingin berhenti ngantor. Lepas ngobrol serius, keduanya sepakat membuka usaha yang saat itu masih sedikit peminatnya, membuat tas dari kain batik.

Bersama rekannya, Jessy Agita, ia mulai memberanikan diri memproduksi 25 tas batik dengan memanfaatkan jasa tukang dari luar. Ia tetap menjualnya secara online lewat. Harga yang dipasangnya saat itu agak tergolong mahal; 800 ribu sampai sejuta rupiah. Tapi sambutan konsumen ternyata cukup bagus. Dari 25 buah, produksinya melonjak jadi 100 tas setiap bulan. Hanya saja, biaya produksi jadi kian bengkak karena para tukang mulai menaikkan harga. Ini membuat Ernovi berpikir untuk mencari tukang sendiri. Pertengahan 2011, ia berhasil merekrut tukang yang bersedia bekerja sama di bawah payung Zibalabel.

Sambutan publik terhadap tas-tas produksi Zibalabel cukup baik. Dua tahun sebelumnya, 2008, Malaysia sempat mengklaim bahwa batik adalah warisan budaya nenek moyangnya. Tapi Indonesia menentang dan tak tinggal diam. Pemerintah Indonesia berjuang setahun lebih di UNESCO sampai akhirnya pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Pemerintah pun menganjurkan rakyat Indonesia agar memperluas penggunaan batik dalam kehidupan sehari-hari. Ernovi juga berpikir demikian. Ia bertekad ingin mengubah pemahaman masyarakat awam bahwa batik hanya akan digunakan saat kondangan saja.

Wanita yang hobi memasak ini mengaku ia tak hanya mengusung tema batik saja dalam produksinya, tapi semua kain-kain khas Indonesia. Seperti tenun Buna dari NTT atau songket dari Palembang. Sejak masih gadis, ia jatuh cinta pada kain-kain khas Indonesia seperti batik, tenun dan sebagainya. Ia rajin menghadiri pameran-pameran dan membeli kain-kain nusantara. Di matanya, kain-kain itu punya keunikan tersendiri. Dan ia sangat menghargai proses pembuatan kain-kain nusantara yang biasanya cukup rumit dan menyita waktu.

Ernovi memang punya minat dan keseriusan tersendiri di bidang seni. Saat masih kuliah di ITB, ia sering membuat kerajinan tangan, seperti kartu ucapan selamat lebaran atau membuat aksesoris berbau etnik seperti gelang dan lainnya. Rasa ingin tahu dan keseriusannya cukup besar dalam masalah seni. Keahlian merajut yang dimilikinya diperoleh secara otodidak di tengah-tengah kesibukan kerja. Rasa cinta seni ini pula lah yang membuatnya ingin memliki sebuah bisnis sesuai hobinya. “Jadi kasarnya, kalau tidak ada orang yang beli, ya saya pakai [sendiri],” begitu katanya pada Islam Indonesia.

Dalam perjalanan bisnisnya, ibu seorang putri usia empat tahun bernama Narges ini selalu berusaha menciptakan booming tersendiri dengan memperkenalkan kain-kain unik yang belum menjadi perhatian. Sekali waktu, ia memperkenalkan batik Sragen yang warna-warni, tidak seperti batik lain yang mumnya berwarna coklat, dalam desain tasnya. Mode ini sempat menjadi booming dan membuat banyak pihak mengikuti jejaknya.

Selain Zibalabel, Ernovi juga mulai menggeluti bisnis di Nima Home and Living pada tahun 2013. Nima menawarkan pernak-pernik perlengkapan rumah seperti taplak meja, sarung bantal, sajadah atau perabot-perabot kecil yang asri dan apik.Salah satu produk Nima

Saat ini, wanita yang suka bepergian  punya dua workshop alias bengkel untuk Zibalabel; pertama di Cinere yang melibatkan enam pekerja, termasuk kepala workshop yang membawahi tukang-tukang.  Yang kedua di Bojong, Bogor dengan enam orang pekerja juga. Produk-produk Nima juga dikerjakan di Bojong, hanya saja beda pekerja. Untuk Zibalabel, Ernovi sudah tidak terjun langsung dalam proses produksi. Per bulan, ia hanya membuat rencana produksi  untuk kemudian dikerjakan di workshop. Beda dengan Nima, ia masih memotong kain untuk produk-produk yang akan ditawarkan.

Untuk menjaga kualitas produksi tas, Ernovi melakukan kontrol kualitas sebanyak tiga kali; pertama oleh kepala tukang, kedua oleh ketua workshop dan ketiga saat tas akan difoto. Untuk baju, kontrol pertama dilakukan di  tukang jahit. Setelah di-laundry, baju akan diperiksa kembali apakah cacat atau tidak. Setelah itu baru produk bisa dikirim ke pelanggan.

Karena jarak rumahnya yang jauh dengan workshop, ia hanya bisa menjenguk workshopnya sekali seminggu. Demi menjaga hubungan dengan para pekerja, Ernovi membuat sebuah grup di BBM. Ia bertegur sapa dengan  para pekerja dan bertanya apakah mereka punya keluhan tertentu. Ia mengaku kalau sudah ia menganggap para pekerjanya sebagai saudara sendiri. Apalagi mayoritas mereka memang sudah dikenalnya sebelum mereka bekerja sama. Misalnya, kurir pengantar produk Ziba di kawasan Jakarta adalah sahabat suaminya. Atau salah satu penjahit di workshopnya adalah istri dari sahabat suaminya.

Hubungannya dengan para penyuplai kain juga cukup baik. Benih hubungan itu muncul sejak ia sering membeli kain-kain khas nusantara dalam berbagai pameran. Kalau kebetulan harus ke Solo mencari batik, ia kadang bermalam di rumah penyuplai mitranya. Hubungan baik ini membuat ia belum pernah ditipu oleh penyuplai.

Dalam bisnis onlinenya, Ernovi menggunakan jasa JNE dalam pengiriman produk tas ke pelanggannya di wilayah luar Jakarta. Untuk di dalam Jakarta, ia menggunakan kurir sendiri. Untuk pengiriman tas, ia menggunakan jasa JNE baik di dalam maupun luar kota.

Tentu saja, ada banyak peristiwa suka dan duka selama ia meniti bisnis online ini. Salah satu kejadian yang membuatnya berduka, ketika pelanggan langsung mentransfer uang untuk satu produk tanpa memperhatikan keterangan detil produk di situs atau jaring sosialnya. Lalu saat produk sampai di tangan, sang pelanggan mengeluh kenapa baju kekecilan dan sebagainya. Kejadian lain yang membuatnya berduka ketika pekerjanya keluar karena mendapat tawaran bekerja dengan gaji lebih besar di tempat lain. Tapi wanita berkacamata minus ini tak patah arang. Ia tak menghalangi pekerjanya keluar dan segera mencari penggantinya.

Segmen pasar yang dibidik Ernovi adalah masyarakat menengah ke atas dan para penggemar kain nusantara, khususnya batik. Ia juga berusaha mengenalkan kain Indonesia, khususnya batik, pada mereka yang tak tahu menahu soal kain khas nusantara. Sejauh ini, pelanggannya tersebar dari Aceh sampai Sulawesi. Meski belum mengantongi izin ekspor karena birokrasi yang cukup sulit, tapi ia sudah punya ritel yang bersedia menjual produk-produknya nya di luar negri, seperti Singapura, Timur Tengah bahkan Malaysia dan Singapura.

Untuk membangun kepercayaan pelanggan, ia menetapkan term of condition atau syarat-syarat pembelian agar proses pembelian berjalan lancar dan adil. Selain itu, ia juga sering mengikuti berbagai pameran terkait hingga pelanggan bisa bertemu dengan teamnya.

Dalam Pameran Kain Unggulan Adiwastra Nusantara yang diselenggarakan tahun 2014 di Jakarta,  tas karyanya menyabet Femina Choice Award

Wanita penyuka buku dan bintang ini mengaku keluarganya mendukung bisnis yang ditekuninya itu. Sejak berhenti bekerja kantoran tahun lalu, ia semakin fokus pada Zibalabel dan Nima, memudahkannya lebih berpikir kreatif dalam merancang produk apa yang cocok dikeluarkan kelak

Bagi para ibu rumah tangga yang ingin merintis usaha tapi masih ragu, Ernovi punya saran khusus.  “…Kalau mau memulai sesuatu harus kita mulai dari yang kita suka. Kalau sudah suka, biasanya kita akan serius… Mulailah dari yang gampang-gampang, jangan yang tinggi-tinggi. Jadi bisa dibilang, carlah hobi dulu. Nanti biasanya ada saja jalannya.” Ia juga berpesan, setidaknya calon pebisnis harus tahu hal-hal dasar dalam produksi yang akan digelutinya agar tidak mudah ditipu orang dan bisa mengevaluasi kelemahan produknya. [AF/Islam Indonesia]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *