BUKU — Penjara-penjara Kehidupan

BUKU — Penjara-penjara Kehidupan
Manusia, masterpiece penciptaan di seantero semesta, diciptakan dengan akal—yang dengannya manusia diharapkan memenuhi tujuan penciptaan.
“Aku menciptakan segala sesuatu untukmu, dan engkau untuk-Ku,” Hadis Qudsi.
Namun, adakah manusia selalu menyadari tujuan mulia penciptaan itu? Ataukah ia lebih sering terjebak di titik buta (blind spot) yang hanya membuatnya berputar-putar dan akhirnya terperangkap dalam penjara kehidupannya sendiri? Sufi besar Jalaluddin Rumi menyitir keadaan manusia ini dalam syairnya:
sekian lama engkau terpenjara di kolam kecil
padahal di sinilah Aku, samudra meruah
kemarilah, menyatu dengan-Ku
tinggalkan segala kebodohan dunia,
ikutlah bersama-Ku.
Dalam buku “Penjara-penjara Kehidupan”, Prof. Komaruddin Hidayat sebagai penulis mencoba memaparkan apa saja yang dimaksud penjara yang membelenggu manusia dari kebahagiaan sejati, yang tak lain adalah tujuan penciptaan manusia—pengabdian kepada-Nya.
“Karya ini mengajak kita arif dan rendah hati dalam memahami kehidupan sebagai manusia yang hebat, tetapi bukan mahahebat,” kata Prof. Dr. H. Syafii Maarif menyambut kehadiran buku ini.
Sebagaimana kandungan karya penulis sebelumnya yang populer, Psikologi Kematian, konten buku setebal 300 halaman ini juga menarik, padu, mencerahkan, dan diuraikan dengan bahasa renyah. Buku yang telah diterbitkan oleh Noura Books ini menguraikan tema-tema yang terkait erat dengan kehidupan kita sehari-hari seperti mazhab (agama), jabatan, kekayaan dan kesenangan yang sekaligus bisa jadi calon-calon penjara yang mesti dimawasi.
Lebih dari itu, tantangan yang paling berat ialah terbebas dari penjara yang sebenarnya tak terlihat oleh mata kepala karena, sebagaimana pandangan dunia Islam, musuh terbesar juga datang dari dalam diri sendiri.
“Kesuksesan pun bisa menjadi penjara nonfisik bila kita tidak bijak, dan buku ini mengajak kita agar kita tak terpenjara ‘blind spot’ dan jebakan hidup yang tak terlihat,” kata Andi F Noya, presenter di sebuah stasiun TV Swasta.
YS/IslamIndonesia
Leave a Reply