Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 20 September 2015

BUKU – Bersama Rumi & Hidup yang Penuh Cinta


image

“Tarian Rumi adalah tarian cinta. Dia ingin menjadikan dirinya instrumen penebar cinta dan kasih sayang.” Itulah makna tarian sufi yang disampaikan eks Rektor UIN Jakarta, Komaruddin Hidayat, saat peluncuran buku ‘Belajar Hidup dari Rumi‘ di Jakarta, Kamis.

image

Menurut Komaruddin, buku karya penggagas Gerakan Islam Cinta, Haidar Bagir itu, pas untuk mereka yang ingin mempelajari syair Rumi. Setiap syair dalam buku dilengkapi dengan syarah atau tafsir penulis.

image

Komaruddin sempat menceritakan pengalamannya melihat pentas tarian sufi ini secara langsung di Konya, Turki. Menurutnya, orang-orang yang melakukan tarian ini tidak pernah merasa lelah. “Saat mereka berputar, satu tangan diangkat ke atas sebagai simbol kerinduan pada yang Maha Kuasa. Satu tangan lagi menghadap ke bumi sebagai simbol bahwa bersama Tuhan kita bisa menebarkan kasih sayang di muka bumi,” katanya.

Kekhasan lainnya, katanya, tarian menggunakan instrumen pengiring berupa seruling bambu.

Seruling perlambang tangisan bambu yang ingin kembali pada rumpunnya, katanya.

“Sama seperti jiwa yang ingin kembali menyatu dengan pencipta yang sangat dirindukan.”

Dalam peluncuran buku di Plaza Senayan itu, Komaruddin juga menerangkan ketika Rumi menari, dia bisa melakukannya berjam-jam, karena dia enggan mengakhiri tarian yang “sesungguhnya adalah dzikir”.

Saat berdzikir, tirai yang menutupi dirinya dengan sang pencipta terbuka, sehingga dia tidak mau meninggalkan Tuhan. Dalam istilah sufi ini disebut sebagai “ekstasi”,  mabuk dalam kecintaan pada Sang Pencipta, katanya.

Lebih jauh, dia berpendapat Rumi  menjadikan Cinta Ilahi sebagai bagian tak terpisahkan dalam hidup, pikiran dan setiap tarikan nafas.

Kemanapun Rumi pergi, katanya, dia kerap tiba-tiba menari dan bersya’ir karena ketakjubannya pada anugerah Tuhan. Dia juga selalu merasakan getaran cinta pada apapun ciptaan Tuhan. “Allah itu Maha Penyayang. Rasul dan Nabi diutus karena cinta bahkan kita hidup karena cinta. Jika tidak ada cinta, maka semesta ini tidak akan bergerak,” katanya.

Menurut penulis Haidar Bagir, poros dari semua yang ingin disampaikan oleh Rumi dalam syairnya adalah soal cinta. “Inilah yang ingin kita pelajari dari dia yang senantiasa memberi dan menebarkan cinta dalam kehidupan,” katanya. Toh, lanjut Haidar, ada banyak ayat maupun hadits yang melarang manusia memiliki rasa dengki atau benci. “Satu-satunya yang tidak boleh dimiliki oleh seorang Muslim atau orang beriman adalah kebencian,” katanya.

Andi/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *