Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 09 July 2019

Abdul Mu’ti: Kajian Agama di Muhammadiyah Berbeda dengan Ustaz Medsos


Islamindonesia.id-Abdul Mu’ti: Kajian Agama di Muhammadiyah Berbeda dengan Ustaz Medsos

Di tengah hiruk pikuk zaman digital, Muhammadiyah bersikukuh mempertahankan cara tradisional dalam pembelajaran agama. Menurut Sekretaris Jenderal Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, kajian Islam dengan cara tatap muka langsung belum bisa digeser kedudukannya oleh cara belajar online. 

“Bagaimana pun juga cara-cara tradisional akan tetap lebih punya makna dan lebih bisa dipertanggungjawabkan secara isi dibandingkan dengan mereka yang belajar secara online,” katanya seperti dikutip cnnindonesia.com, 8 Juli. “Muhammadiyah punya kajian yang beda dengan ustaz di media sosial.”

Menurut jebolan IAIN Semarang ini, mereka yang belajar dengan menonton kajian ustaz melalui media sosial hanya dapat melakukan interaksi satu arah tanpa pendamping. Selain itu, kajian yang ditampilkan di media sosial umumnya juga tak disertai referensi yang jelas. Waktunya pun sangat singkat karena terbatas durasi antara dua hingga lima menit. 

“Sehingga begitu mereka mendapat informasi yang keliru, akibatnya bisa menjadi sangat serius. Jadi itu semacam tren yang akan come and go,” katanya.

Kajian ustaz melalui media sosial soal hijrah bukannya tak memberi dampak negatif. Mu’ti mengatakan pembelajaran agama melalui media sosial sangat rawan disalahgunakan karena minim pengawasan. 

“Dia juga cenderung mengerti banyak tapi tidak mendalam dan nanti pada konteksnya akan mendatangkan masalah,” tutur Mu’ti. 

Mu’ti menilai fenomena hijrah yang marak belakangan memang lebih banyak menyasar kelas menengah perkotaan. Hal ini tak lepas dari jumlah masyarakat kelas menengah yang mendominasi penduduk Indonesia. 

Secara statistik, kata Mu’ti, jumlah masyarakat kelas menengah mencapai hampir 100 juta jiwa. Merujuk pada sistem kelas yang berlaku di Inggris, ada tiga kelas menengah yang dominan di Indonesia yakni established middle class, rising middle class, dan falling middle class. 

“Kelompok yang menjadi sasaran mereka itu established dan rising middle class karena jumlahnya banyak dan kebanyakan berusia muda,” katanya.

YS/islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *