Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 16 July 2016

ANALISIS—Inikah Hikmah Tersembunyi di Balik Berita Hoax Certificate of Peace dari UNESCO?


IslamIndonesia.id—Inikah Hikmah Tersembunyi di Balik Berita Hoax Certificate of Peace dari UNESCO?

 

“Info tentang UNESCO di atas adalah hoax. Seluruh websitenya hoax. Mohon jangan disebar dan bantu sebar bahwa itu hoax bila sudah terlanjur disebar. Tk”.

Begitu komen pembaca Islam Indonesia Nuh Abdullah Al Attas, menyitir tanggapan salah seorang sahabat yang bersangkutan, yakni Duta Besar Indonesia untuk UNESCO, Prof. T. Fauzi Soelaeman terkait berita Certificate of Peace dari UNESCO  yang disebutnya sebagai berita hoax.

Hal itu pun sebagaimana ditegaskan oleh UNESCO bahwa pihaknya tidak pernah mengeluarkan sertifikat apapun kepada pihak manapun. Penegasan yang oleh sebagian pihak disebut sebagai Declaration of No Declaration itu pun belakangan sempat viral di media sosial. Entah lagi kalau berita soal penegasan itu pun suatu saat nanti bakal diklaim pula sebagai berita yang juga hoax. Wallahu ‘a’lam 🙂

Senada dengan itu, Dwi Wahyu berkomentar, “Ya, itu awalnya berita satir yang nyindir agama Islam atas kekerasan yang dilakukan oleh penganutnya. Tapi malah direshare seperti ini. Ati-ati jadi malah Islam yang ditertawakan karena berita seperti ini.

Pertanyaan pertama: Benarkah Islam agama yang layak disindir dan ditertawakan dengan berita satir akibat apa yang disebut oleh Dwi sebagai “kekerasan yang dilakukan oleh penganutnya?”

Jika ya, kekerasan macam apa? Yang dilakukan oleh penganut yang mana? Siapa tepatnya yang disebut Dwi sebagai “penganut Islam” yang telah melakukan “kekerasan” itu?

Apakah mungkin yang dimaksud Dwi adalah kelompok teroris ISIS yang mengaku sebagai penganut Islam, yang melakukan kekerasan dan kekejian atas nama Islam?

Kelompok inikah yang dimaksud sebagai penganut Islam? Dan akibat ulah mereka kah maka Islam dianggap layak ditertawakan dan disindir-sindir dengan berita satir?

Jika ya, mungkin saja telah terjadi salah identifikasi perihal siapa sebenarnya yang layak dan pantas disebut sebagai “pengikut Islam” dalam hal ini.

Apa pasal?

Tak lain karena sejatinya Islam, karena saripati dan core utama dari ajaran Islam adalah perdamaian dan kasih sayang. Sehingga siapapun yang berperilaku menyimpang dari substansi ajaran Islam tersebut, otomatis dan sesuai akal sehat, mesti dicoret dari daftar resmi sebagai “pengikut Islam”.

Siapa Bilang Islam Tak Layak Disebut Agama Paling Damai Sedunia?

Pertanyaan kedua: Benarkah Islam merupakan agama yang tak layak disebut sebagai agama paling damai sedunia, hanya karena berita tentang Certificate of Peace dari UNESCO itu terkonfirmasi sebagai berita hoax?

Jika iya, apakah kita sebagai kaum Muslimin, sebagai pengikut Islam yang benar-benar memahami lalu mengamalkan saripati ajaran dan prinsip Islam rahmatan lil ‘alamin itu pantas merasa malu dan terhina? Bukankah jika ini kita lakukan, sama artinya dengan sikap rela kita saat menyaksikan seseorang yang dikenakan hukuman berat, murni hanya atas tuduhan perbuatan salah atau tindakan kriminal yang sebenarnya secara faktual tidak dia lakukan? Tidakkah tindakan sembrono semacam ini merupakan sebuah ketidakadilan dan menyalahi kewarasan nalar?

Mari kita tinjau ulang dengan kepala dingin, lalu ambil hikmah terbaik dari keterlanjuran massifnya penyebaran pemberitaan hoax yang menurut banyak pihak sengaja dirancang untuk menyindir dan mempermalukan Islam tersebut. Dengan cara apa? Minimal dengan mempertanyakan, benarkah kejadian ini sia-sia, dalam artian sama sekali tak dapat kita ambil pelajaran berharga darinya?

Jika kita yakin dan percaya bahwa setiap kejadian pasti mengandung hikmah, bukankah sudah menjadi tugas kita sekarang untuk menemukan, apa sajakah hikmah tersirat dan tersurat yang dapat kita petik dari peristiwa tersebut?

Mungkin inilah di antaranya, setidaknya lima hikmah tersembunyi di balik berita hoax Certificate of Peace dari UNESCO tersebut.

Hikmah pertama: masyarakat dunia dimana pun mereka berada, terutama mereka yang sudah membaca berita hoax yang semula mereka anggap berita benar tersebut, minimal akan berpikir ulang: tanpa sertifikat UNESCO itu pun, apakah status Islam sebagai agama paling damai sedunia otomatis bakal gugur? Selanjutnya, apakah akal sehat masyarakat dunia yang adil dan terbuka dapat menerima begitu saja, penyematan dan pengalamatan sindiran atas Islam, hanya karena si pembuat berita satir tersebut memaksudkan bahwa pihak penyuka kekerasan (boleh jadi yang mereka maksud adalah ISIS) sebagai sebenar-benarnya penganut Islam?

Hikmah kedua: dengan adanya pemberitaan hoax tentang Certificate of Peace dari UNESCO tersebut, bukankah di benak kita pun baru terbersit bahwa setidaknya pernah terlintas dalam pikiran segelintir orang, bahwa sejatinya Islam, memang layak mendapatkan sertifikat tersebut? Jika demikian, apakah salah jika seandainya UNESCO benar-benar mengeluarkan sertifikat semacam itu? Apalagi bila terlebih dahulu dengan menempuh cara penelitian saksama dan pengkajian mendalam terhadap pokok-pokok ajaran semua agama yang ada di dunia selama enam bulan lamanya, sebagaimana isi pemberitaan hoax dimaksud?

Hikmah ketiga: setidaknya kita menjadi semakin sadar dan dapat menjadikan peristiwa ini sebagai pengalaman berharga, bahwa betapa tak mudahnya memilih dan memilah berita yang benar-benar asli di antara lautan berita palsu yang dengan sadar dan sengaja memang disebar dengan tujuan untuk mengacaukan opini publik, mengaburkan fakta dengan beragam cara propaganda, betapapun berita-berita palsu tersebut dirilis media-media yang tidak secara terang-terangan menyatakan, “You can trust us blindly”… sebagaimana media satir yang konon sengaja ingin menyindir Islam dengan cara merilis berita tentang Certificate of Peace dari UNESCO dan kemudian terbukti hoax tersebut.

Hikmah keempat: kaum Muslimin, baik kalangan awam maupun terpelajarnya yang selama ini “tidur” sudah selayaknya terpacu untuk secepatnya bersegera “bangun” dan dengan lebih serius meluangkan waktu untuk kembali mendalami ajaran Islam yang dianutnya, agar mereka dapat menyatakan dengan tegas didukung bukti-bukti kuat dan argumen valid yang tak terbantah bahwa Islam sejatinya adalah agama yang landasan utama ajarannya adalah cinta kasih dan perdamaian, sehingga karenanya pantas disebut sebagai agama paling damai sedunia.

Hikmah kelima: dihadapkan pada kejadian ini, kita kembali diingatkan pada petuah orang-orang bijak yang menganjurkan agar kita senantiasa mesti berhati-hati terhadap setiap pembawa kabar-berita, sebelum mencerap dan mempercayai isi kabar dan berita yang dibawanya.

Terlebih pada zaman kita saat ini, ketika sudah tersedia berbagai macam fasilitas, sarana dan prasarana sangat memadai untuk melakukan upaya verifikasi dan proses investigasi, maka kejadian serupa, boleh dikata tak selayaknya terulang kembali ke depannya nanti.

 

EH/IslamIndonesia

One response to “ANALISIS—Inikah Hikmah Tersembunyi di Balik Berita Hoax Certificate of Peace dari UNESCO?”

  1. Irsan Junud says:

    Saran : artikel2 di web ini disediakan dalam dwi bahasa (Indonesia/Inggris) agar jangkauan manfaatnya lebih luas

Leave a Reply to Irsan Junud Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *