Satu Islam Untuk Semua

Monday, 16 November 2015

KISAH – Dialog Orang Shaleh dan Penguasa


Khalifah Hisyam bin Abdul Malik dari dinasti Umayyah berkuasa tahun 106 H hingga 126 H. Suatu hari ia datang ke Makkah untuk berhaji. Lepas haji, ia meminta pambantunya untuk memanggil salah satu sahabat Rasulullah yang masih hidup. Ketika dikabarkan tidak ada lagi sahabat yang tersisa, ia pun meminta dipertemukan dengan tabiin.

Lalu dipanggilkanlah Thawus Yamani, tabiin yang terkenal shaleh kala itu. Saat menghadap, Thawus melepas sandalnya dan meletakkannya di tepi permadani. Thawus pun tidak mengucap salam lengkap di hadapan sang khalifah. Ia sekedar mengucap ‘Assalamualaika’ kemudian duduk di samping Hisyam.

Tak cukup, saat berbicara ia tidak pernah memanggil Hisyam dengan sapaan kehormatan  ‘Ya Amirul Mukminin’, sebagai bentuk penghormatan. Alih-alih ia memulainya dengan bertanya datar: “Bagaimana engkau hai Hisyam”. Sontak sikap ‘kurang ajar’ Thawus mengundang kemarahan Hisyam.

“Apa yang membuatmu tidak menaruh hormat kepadaku?” kata Hisyam.

“Kesalahan apa yang aku perbuat?” Thawus balik bertanya.

Marah Hisyam makin memuncak.

“Engkau melepaskan sandalmu di tepi permadaniku, tidak mengucap salam atas kepemimpinanku, tidak memanggilku dengan panggilan ‘Amirul Mukminin’, dan engkau dengan beraninya duduk di sampingku dan bertanya ‘bagaimana engkau hai Hisyam?!”

Dengan ringan Thawus pun menjawab. “Aku melepas sandalku di tepi permadanimu karena aku melepasnya lima kali setiap hari di hadapan Tuhanku, tapi Tuhanku tidak pernah murka. Aku tidak mengucap salam atas kepemimpinanmu karena tidak semua orang setuju dengan kepemimpinanmu. Aku juga tidak memanggilmu dengan Amirul Mukminin karena Allah pun hanya memangil wali-waliNya dengan sebutan ‘Ya Daud, hai Yahya dan hai Isa’ dan itu bukanlah penghinaan kepada para Nabi. Allah juga memanggil musuh-musuhNya dengan ‘Tabbat yada Abi Lahab’ (Celakalah kedua tangan Abi Lahab).”

Thawus belum selesai. “Aku sengaja duduk di sampingmu karena aku mendengar Ali bin Abi Thalib berkata: ‘Jika kamu ingin tahu orang yang masuk api neraka, lihatlah kepada orang yang enak-enak duduk padahal orang-orang di sekitarnya berdiri’.”

Hisyam luluh mendengar semua itu. Dia meminta Thawus kembali menasehatinya.

“Aku mendengar Ali bin Abi Thalib berkata bahwa di neraka Jahannam banyak ular dan kala jengking yang  sangat besar. Dua hewan berbisa itu akan menyengat setiap pemimpin yang tidak adil dalam kepemimpinannya,” kata Thawus memenuhi permintaan sang khalifah. Dia berlalu setelahnya, meninggalkan sang khalifah yang masih terbawa isi nasihatnya.

MA/IslamIndonesia

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *