Satu Islam Untuk Semua

Monday, 30 May 2016

KAJIAN–Metode Al-Qur’an dalam Menyikapi Perbedaan (1)


Metode alqur'an dalam menyikapi perbedaan

Islamindonesia.id–Metode Alquran dalam Menyikapi Perbedaan (1)

Redaksi Islam Indonesia kali ini menurunkan kajian tentang metode Alquran dalam menyikapi perbedaan sebagai kelanjutan dari kajian tentang hadis 73 golongan yang pernah diterbitkan sebelumnya.

 

Ajakan Menuju Persatuan

Sedikitnya ada dua ayat Alquran yang menyerukan persatuan dan mencela perpecahan. Allah berfirman,

Tafsir Metode dakwah al-quran menyikapi perbedaan

Sesungguhnya ini umat kalian adalah umat yang satu. Dan Aku adalah Tuhan kalian, maka sembahlah Aku. (QS. Al-Anbiya’ [21]: 92)

KAJIAN metode dakwah al-qur'an dalam menyikapi perbedaan

Sesungguhnya ini umat kalian adalah umat yang satu. Dan Aku adalah Tuhan kalian, maka bertakwalah kepada-Ku. (QS. Al-Mu’minun [23]: 52)

Kedua ayat di atas secara jelas mengajak manusia untuk menjadi umat yang satu.

Pembahasan kali ini tidak akan meluas kepada persoalan apakah satu umat yang dimaksud adalah umat Islam ataukah umat manusia secara keseluruhan sebagaimana yang terdapat dalam ayat lain,

Kajian Metode dakwah al-qur'an dalam menyikapi perbedaan

Manusia adalah umat yang satu. (QS. Al-Baqarah [2]: 213)

Pemahaman atas ayat terakhir menunjukkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang mengajak pada persatuan tidak hanya menyebutkan umat Islam, melainkan juga umat manusia secara menyeluruh.

Perhatikan ayat selanjutnya dalam surah Al-Mu’minun di atas,

Kajian metode dakwah al-quran dalam menyikapi perbedaan

Kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka. (QS. Al-Mu’minun [21]: 53)

Dari beberapa ayat di atas jelas bahwa Allah menginginkan kita menjadi umat yang satu. Bukan sebagai umat yang terpecah-belah. Selain itu, Allah juga menjelaskan tujuan yang sama, yaitu agar menyembah Tuhan Yang Esa dan bertakwa kepada-Nya.

 

Perbedaan yang Tercela dan Terpuji

Alquran menunjukkan bahwa Allah tidak berkehendak menghapus perbedaan dan perselisihan di antara manusia. Allah Swt berfirman,

kajian metode dakwah al-quran dalam menyikapi perbedaan

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. (QS. Hud [11]: 118)

Pada ayat di atas Alquran menyebutkan adanya kepastian bahwa manusia akan senantiasa berbeda dan berselisih pendapat. Dan dalam kenyataanya memang manusia selalu berselisih satu sama lain, meski tujuan penciptaan manusia adalah sama: beribadah. Allah Swt berfirman,

kajian metode dakwah al-quran dalam menyikapi perbedaan

Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Al-Dzariat [51]: 56)

Lantas adakah tujuan lain Tuhan menciptakan manusia? Untuk menjawabnya maka perhatikan kelanjutan ayat dalam surah Hud di atas,

 

kajian metode dakwah al-quran dalam menyikapi perbedaan

Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (QS. Hud [11]: 119)

Lidzalika (dan untuk itulah) pada ayat di atas menggunakan huruf lam lil-ghayah, yaitu lam yang digunakan sebagai tujuan. Dengan demikian, Allah menerangkan adanya tujuan lain penciptaan manusia, yaitu untuk berselisih.

Benarkah demikian?

Tentunya hal ini menimbulkan pertanyaan besar terhadap Tuhan. “Wahai Tuhan kami, apakah Engkau menciptakan kami untuk bersepakat ataukah untuk berselisih?”

Hal ini menjadi perbincangan dan perdebatan luas di kalangan penafsir Alquran. Di antara mereka berkata, “Bagaimana mungkin Allah Swt menciptakan manusia untuk berselisih?”

Dalam pembahasan filsafat Islam yang mendalam terdapat jawaban atas pertanyaan di atas, yakni “Jika tidak ada perselisihan, maka manusia tidak akan mengalami proses menjadi manusia yang sempurna.” Oleh karena adanya perselisihan itulah maka para Nabi dan Rasul diutus bersamaan dengan turunnya Kitab Suci mereka untuk menjadi penengah atas perselisihan di antara mereka. Demikianlah yang disebutkan pada kelanjutan ayat dalam surah Al-Baqarah di atas,

kajian metode dakwah al-quran dalam menyikapi perbedaan

Maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah [2]: 213)

Ahli makrifat dan mistikus nomor wahid dalam sejarah pemikiran Islam, Syeikh Al-Isyraq Suhrawardi, menyingkap alasan terjadinya perselisihan di antara umat manusia dengan sebuah kalimat yang indah,

لولا التضاد لما دام الفيض من الجواد

Seandainya tidak ada pertentangan, niscaya limpahan (emanasi) tidak akan mengalir terus dari Yang Mahapemurah (Al-Jawad)

Sebagaimana pernah dipertanyakan oleh para Malaikat kepada Allah perihal penciptaan manusia, Allah berfirman,

kajian metode dakwah al-quran dalam menyikapi perbedaan

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui hal-hal yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)

Nah, berdasarkan informasi yang mereka dapat, para malaikat sempat menanyakan penciptaan manusia yang akan melakukan pertumpahan darah akibat perselisihan di antara mereka. Pertanyaan para malaikat itu merujuk pada pemahaman mereka tentang dampak-dampak buruk dari perbedaan pendapat dan perselisihan manusia, tetapi Allah yang Maha Mengetahui ternyata memiliki tujuan lain di balik berkembangnya perbedaan dan perselisihan manusia.

Bahkan, Allah melalui Al-Qur’an memberikan solusi atas perselisihan di antara manusia dan mengajarkan pada mereka bagaimana bersikap dalam suatu perselisihan tersebut. Sedemikian sehingga perselisihan itu bukan lagi menjadi sumber prahara dan kerusakan melainkan justru dapat menjadi sumber pencerahan, kemajuan dan kesempurnaan manusia.

 

Tom&AJ/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *