Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 13 August 2015

SURAT DARI BAIJI – Catatan Perang Pejuang Muda Sunni Melawan ISIS (2)


Bagian 2

Pada pagi hari kami saling berbagi makanan layaknya satu keluarga, dan pada malam hari kami menuju ke arah musuh yang sama. Sebagian besar waktu kami habiskan untuk berbincang-bicang tentang segala hal, bahkan hal pribadi.

Apa yang indah dari seorang pendatang adalah mereka tahu bagaimana mendengar tanpa banyak usaha. Sameer adalah salah satu anak Basra yang baru saja menikah.

“Apa yang membawamu ke sini, Sameer?”

Dengan cepat ia menjawab, “Irak!”

Saya tidak terkejut, karena memang banyak yang datang dengan alasan yang sama, tapi yang membuat saya terkejut adalah kisahnya; rasa sakit yang dideritanya karena penyakit ibunya, dan hilangnya saudaranya; kisah tragis yang ia larang saya untuk berbagi kisahnya dengan orang lain.

Itu adalah kali pertama saya berbicara dengan seseorang dari mazhab yang berbeda tanpa membahas masalah agama. Sebagian besar percakapan kami berpusat pada tradisi, lelucon tentang aksen dan logat yang berbeda, mental dan cara berpikir musuh kita, dan tentang politisi yang membuat bahan bakar kami terbakar pada perang tak berujung mereka demi keuntungan dan kekuasaan politik.

Barikade karung pasir menutupi posisi tentara/pejuang, jadi jika Anda ingin berpindah di antara posisi, Anda harus menekuk punggung, menghindari peluru yang nyasar dan pecahan peluru mortar setiap kali Anda mendengar suara roket. Di sini, Anda tidak akan takut!

Ketakutan menghilang bersama kedatangan pertama Anda, ketika Anda melihat semua wajah tentara tertutupi oleh debu dan pasir, kematian menjadi hal yang normal. Tapi pertama kali Anda naik ke atas bukit untuk penyambutan sehingga Anda diberi kesempatan untuk menghubungi keluarga dan anak Anda, dan Anda membayangkan keadaan ibu dan ayah setelah kematian Anda, Anda akan mulai merasa takut

Hantu kematian menghindari Anda pada suatu waktu, dan waktu akan datang kepada Anda secara tiba tiba.

Selama waktu istirahat, tempat di belakang rumah kosong yang ditinggalkan oleh penghuninya adalah tempat yang paling aman, namun sebagian besar menakutkan, ketika pikiran Anda diserbu oleh pikiran gelap, dan jika Anda tidak dikalahkan oleh tidur, Anda harus bangun dan pergi sebelum Anda ditangkap oleh kenangan.

Aku mencoba menelepon nomormu, dan seperti biasa, tidak ada jawaban. Aku berbaring tidur, dan segera setelah mataku menatap ke arah langit-langit, aku dapat melihat gambarmu menjadi hidup, dan jika aku melihat ke arah langit aku akan melihat bahwa bayanganmu akan tetap bersamaku, membuatku gelisah dan terjaga, seolah-olah asap yang datang dari kilang minyak menunjukan sedikit eyeliner yang tergambar di wajahmu. Kadang kala, salah satu doa adalah untuk tidak melihat sesuatu yang mereka cintai, bahkan tidak dalam mimpi, karena mungkin rasa sakit akan menyerang. Hal ini sudah cukup untuk tetap diam dan melihat ke depan, menuju bukit yang dipenuhi dengan asap.

Sudah hampir dua bulan sejak aku melihat wajahmu, aku ingin tahu apakah aku pernah mengunjungi mimpimu. Jika kita memliki jiwa yang murni, itu hanya hasil dari cinta yang kita bagi; sebuah cinta yang tidak dirantai oleh takdir dan tidak dibatasi oleh kematian. Aku merasa lemah setiap kali wajahmu datang dalam ingatanku, seperti sebuah penjara yang tidak dapat menahan diriku, dan hanya satu satunya jalan keluar dari itu adalah pergi ke arah itu, seolah-olah itu adalah Roma.

Sering kali setelah kelelahan mental dan emosional, salah satu tempat perasingan adalah menuju kamar di rumah. Anda mengambil seperangkat headphone kemudian mendengarkan sebuah lagu yang membuat Anda lemah. Dan dengan ingatan pertama, Anda yakin bahwa Anda telah kehilangannya.

Ketika Anda merindukannya seluas langit, dan Anda melihat di sekitar Anda dan Anda tidak dapat menemukan suara tertawa dari orang yang Anda cintai. Ketika Anda mencoba untuk bertemu mereka tetapi yang Anda temukan hanyalah ketiadaan . Ketika Anda mengambil telepon untuk menghubungi mereka, hanya untuk menemukan ponsel mereka telah mati. Anda menyadari bahwa pada dasarnya mereka telah mengganti nomer sehingga Anda tidak dapat menghubungi mereka.

Anda akan merasa sangat menyesal ketika Anda menyadari bahwa mereka bersama dengan orang lain yang tahu betapa berharganya mereka, hanya kemudian Anda akan menyadari bahwa anda kehilangan mereka dengan mudah, bahkan tanpa berpikr bahwa kehadiran Anda dengan mereka telah memberi oksigen kepada Anda agar Anda bernafas.

Dan sekarang Anda duduk sendirian di kamar Anda. Seluruh suara telah memudar, dan semua yang tersisa adalah kenangan. Anda terbangun dari kelemahan muram dan Anda akan mendapatkan kembali kekuatan, Anda akan berterimkasih kepada Tuhan karena Anda tidak dapat kesempatan untuk menghubungi mereka.

Oh seberapa banyak kita memiliki titik kelemahan, melihat jumlah mereka, dan seberapa banyak waktu kita menulis dan menulis hanya untuk menghapus sebelum mengirim, dan seberapa banyak waktu kita menyesal mengirim. Jadi jangan menjadi lemah.

Sebuah suara datang memanggil dari sisi belakang, “Anwar …. Anwar.”

Aku segera bangkit, “Ghazwan, apa yang terjadi?”

Air mata mewakilinya berbicara. Mereka telah membunuh saudaranya, Marwan. Bagaimana, kapan, dan di mana?

Mereka [ISIS] telah meng-upload fotonya di media sosial dan mereka telah menulis di atasnya, “Anggota dari Hashd AlSha’bi”. Tapi mereka berbohong. Mereka telah menangkap Marwan ketika mereka memasuki kota di bulan Juni ‘demi penyelidikan’, dan pada waktu itu, tentara rakyat Hashd AlSha’bi belum lagi terbentuk.

Kebohongan mereka tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, tipu daya mereka tidak dapat dihitung dalam jumlah, dan alasan palsu mereka dapat mengisi bagian dalam sumur hingga ke inti Bumi. Semoga Allah mengampunimu dan hati ibumu, Marwan, Anda adalah salah satu dari banyak orang yang telah tewas tanpa melakukan apa-apa yang memberatkan.

Air bergaram dari bawah tanah adalah satu-satunya air yang kami dapat gunakan, bahkan kadang-kadang untuk memasak, dan jika Anda berhasil mendapatkan beberapa air keruh sungai, Anda adalah salah satu yang beruntung. Di belakang kami, di desa Jareesh yang terletak di sebelah sungai, ada beberapa keluarga yang menolak untuk meninggalkan rumah mereka, dan anak-anak mereka sekarang berdiri bersama pasukan keamanan [menolak ISIS]. Makanan buatan mereka datang kepada kami setiap minggu, sesederhana seperti merek. Tapi kami menganggapnya komoditas yang mahal.

Mati sebagai manusia yang bebas lebih baik daripada mati di bawah kehinaan. Anda mungkin kehilangan rumah atau kehilangan pahlawan, atau Anda mungkin kehilangan bagian dari tubuh Anda, tapi itu belum begitu keras ketimbang hidup di bawah penghinaan kawanan bajingan [ISIS].

Baca: Surat Dari Baiji – Catatan Perang Pejuang Muda Suni Melawan ISIS (1)

(Ami/ digital-resistance.com)

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *